Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin berbagi pengalaman perjalanan memimpin Trenggalek dalam Simposium Inovasi Pelahanan Publik Provinsi Jatim, Grand City Mall, Surabaya, Kamis (18/11).
Dihadirkan dalam festival inovasi ini, karena bupati muda ini dianggap sangat inovatif dalam memimpin daerahnya. Bahkan setelah melakukan kompetisi inovasi (Trenggalek Inovation Fest), inovasi di Trenggalek mampu tumbuh subur.
Mengawali ceritanya, suami Novita Hardini itu menyampaikan kalau kemampuan anggarannya besar tentunya tidak akan ada banyak masalah yang dihadapi, sedangkan di Treggalek sebaliknya. Karena kemampuan anggaran minim tentunya masalahnya banyak, terus kritikan netizen dan masalah yang lainnya. Semua ini dijawab dengan lahirnya inovasi.
Awal menjabat sebagai Bupati Trenggalek, bupati yang sangat konsen terhadap inklusifitas di daerahnya itu menginginkan kinerja ASN berdasar survey kepuasan masyarakat. Ada penilaian langsung dari masyarakat atas layanan yang diberikan kepada masyarakat sehingga kinerja ASN bisa sesuai harapan masyarakat.
"Bupati adalah jabatan politis yang dipilih oleh masyarakat yang memiliki jangka waktu. Dipilih rakyat, tentunya tugas saya memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat itu. Sedangkan ASN merupakan jabatan biroktaris yang jangka waktunya sampai mereka pensiun. Maka dari itu saya ingin iklim birokrasi ini bisa menyatu dengan iklim politis dalam menjawab tantangan masyarakat," ucap bupati yang juga menjabat Ketua KNPI Jatim itu.
Lebih lanjut mantan pengusaha peralatan rumah tangga itu menambahkan, "setiap ASN kredit poinnya kepuasan masyarakat. Yang menilai langsung masyarakat. Bila kreditnya 80%, maka TPP yang kita berikan 100%," sambungnya.
Tentunya untuk bisa melayani dengan optimal susah, maka dari itu manfaatkan tekhnologi guna mempermudah kerja dalam melayani masyarakat. Saya tidak ingin inovasi yang lahir sebagai program bupati. Melainkan inovasi ini lahir guna wujudkan cita cita Indonesia, lanjut pria yang akrab disapa Gus Ipin itu berpesan.
Inovasi tidak akan sukses tanpa kolaborasi. Semakin kreatif suatu negara maka semakin makmur suatu negara tersebut. Ingin membangun Trenggalek bareng-bareng, tentunya upaya ini perlu mendengarkan masukan dari semua lapisan masyarakat.
Tidak mungkin bisa menyasar semua, sambung Bupati Trenggalek itu. "Kelompok yang mewakili ini adalah perempuan. Pendidikan anak, gizi keluarga dan masih banyak urusan yang lainnya tidak lepas peran dari sosok perempuan. Kenapa fokus perempuan, menurut survey kalau perempuan berpenghasilan 90% pendapatan itu akan kembali ke keluarga. Karena itu Trenggalek fokus ke perempuan," lanjutnya.
Dari sini maka lahir Musrena Keren (Musyawarah Perencanaan Perempuan, Anak, Disabilitas dan Kelompok Rentan) di Trenggalek. Perempuan, anak, disabilitas dan kelompok rentan diberikan wadah untuk bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Hasil Musrena Keren dibawa ke forum-forum musrenbang.
Musyawarah ini sendiri dilaksanakàn sebelum musrenbang desa, kecamatan hingga tingkat kabupaten. Sehingga dengan begitu usulan mereka terwadahi dalam forum perencanaan itu. Tidak hanya menyediakan wadahnya, disediakan juga sekolahnya. Sepeda Keren (Sekolah Perempuan, Anak, Disabilitas dan Kelompok Rentan), perempuan dan kelompok rentan ini didorong agar meningkatkan kapasitasnya dengan pendidikan vokasi, sehingga mereka mampu mengambil peran lebih dalam keluarga. Tujuannya tentunya meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Selain ruang untuk perempuan dan kelompok rentan ada juga festival gagasan, mewadahi kelompok muda yang suka mengkritisi pemerintah, untuk ikut sumbangsih gagasan. Dengan begitu perencanaan pembangunan di Trenggalek lebih aspiratif.
Gagasan lain yang dilakukan, mengeliminer praktik renternir dengan Kredit Gangsar (Pedagang Pasar) dengan bunga 0 %. Praktik renternir kepada pedagang pasar menggelitik keprihatian dari bupati muda itu. Bukannya memperkuat, justru banyak pedagang yang terjerat oleh praktik ini karena bunga yang mencekik.
Menggandeng Bank Daerah (BPR Jwalita), Nur Arifin menggagas Kredit Gangsar tersebut. Sistem yang dilakukan tanggung renteng sehingga antar pedagang bisa saling mengingatkan. Dengan program ini banyak pedagang mengakses program ini. Bahkan dari kredit yang mula mula sedikit, hingga punya anggunan untuk pinjaman modal yang lebih besar. Menariknya tidak ada yang nunggak angsuran.
Terus juga kontroversi keberadaan minimarket berjejaring, bupati ini membuat inovasi regulasi minimarket berjejaring ini tidak boleh dimiliki perorangan, namun harus berdiri diatas koperasi sehingga yang menikmati keuntungannya banyak orang.
Yang paling mencolok lainnya adalah upaya penanganan masalah kemiskinan. Karena kemampuan anggaran yang dimiliki sangat minim, tentunya penanganan kemiskinan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain itu sistem penganggaran pemerintah yang harus memalui mekanisme penganggaran sebelumnya, menjadikan penanganan kemiskinan tidak dapat dilakukan cepat.
Tidak bisa seperti ini, mantan pengusaha peralatan rumah tangga ini membuat sebuah gerakan. Alasannya penanganan kemiskinan tidak bisa ditunda-tunda atau harus menunggu ada uangnya. Dari permasalahan ini lahirlah GERTAK (Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan). Dengan program ini penanganan kemiskinan biaa dilakuan lebih masif lagi. Bahkan demi mewujudkan ini, pria ini rela mengorbankan ruang kerjanya untuk membuat Posko GERTAK.
Tentunya gerakan ini perlu dukungan anggaran agar penanganan kemiskinan berjalan. Kemudian bapak 3 anak ini menginisiasi sedekah rizqi ASN bekerjasama dengan BAZNAS. Dari sebulan anggaran yang masuk ke BAZNAS hanya sebesqr Rp. 11 juta, sekarang menjadi Rp 6 miliar. Gerakan ini semakin lengkap dengan adanya gerakan sedekah informasi dengan membentuk Pasukan Pink. Sebuah komunitas sosial media diajak berkontribusi dalam penanganan kemiskinan tersebut.
Karena upaya yang dilakukan itu, sempat penurunan kemiskinan Trenggalek tertinggi di Jatim, meskipun beberapa waktu lalu naik lagi karena pandemi.
Terus Trenggalek juga punya gelaran Adipura Desa. Gelaran ini di inisiasi karena suatu daerah tidak bisa berkembang bila ekosistemnya tidak terjaga. Pemerintah menyiapkan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) bagi desa yang bisa menjaga ekosistem lingkungannya dengan baik. Impact yang di inginkan terntunya kesadaran seluruh masyarakat agar ekosistem terjaga. Karena kalau harus dilakukan oleh pasukan kuning tentunya akan mengeluarkan anggaran yang sangat besar.
Upaya lain, di Trenggalek keluarga yang bisa menjaga kesehatannya dibayar, dengan mengkolaborasikan beberapa program pemerintah seperti PKH. Bupati tidak ingin anggaran negara ini habis untuk kegiatan kuratif melainkan bisa lebih digunakan masyarakat dalam menjaga kesehatannya.
Upaya yang dilakukan oleh Nur Arifin di Trenggalek ini mendapatkan banyak tanggapan dari banyak pihak, seperti Eni, salah satu ASN Pemkab Tulungagung yang ikut hadir dalam kegiatan ini yang merasa tertarik bagaimana Trenggalek mengakomodir perempuan serta bagaimana mendorong perempuan ini menjaga 12 indikator kesehatan keluarga.
Terus bagaimana cara Trenggalek mengeliminir praktik reternir kepada pedagang pasar. Pertanyaan tersebut ditanggapi serius oleh Bupati Trenggalek, dengan menjelaskan secara detil upaya apa yang dilakukan olehnya. (Nur/ Dokpim)