Bicara tentang pembangunan pariwisata tidak hanya tentang destinasi, tetapi juga atraksi. Hal itu disampaikan Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, saat membuka CSR Gathering di Hall Prigi Hotel Bukit Jaas Permai, Rabu (6/11/2019).
"Saya terinspirasi dengan sahabat Bupati Abdullah Azwar Anas yang mengatakan kepada jajarannya bahwa setiap tempat adalah destinasi dan setiap program adalah atraksi. Maka kalau kita mengatakan setiap tempat adalah destinasi, pastikan kalau orang masuk ke Trenggalek itu suasananya sudah lebih beda dari Tulungagung atau Ponorogo," ungkap Bupati.
Menurut Bupati, untuk membuat destinasi yang menarik tidak harus melulu tentang tempat wisata. Diceritakan bagaimana Banyuwangi mampu mewujudkan program menjadi atraksi. Banyak orang yang berkunjung ke Banyuwangi untuk sekedar belajar tentang program pelayanan yang ada di sana.
Bupati Nur Arifin berharap Trenggalek juga mampu membuat semua tempat menjadi destinasi dan semua program adalah atraksi. Untuk itu, Bupati berharap CSR dari perusahaan selain mempercantik kota atau destinasi wisata, juga mendukung program-program inovatif yang ada di Trenggalek.
"CSR yang digelontorkan oleh perusahaan harapannya nanti bisa mendukung bagaimana Trenggalek jadi destinasi yang menarik kemudian juga bisa mendukung program-progam inovatif dari Pemerintah dan masyarakat," tutur Bupati.
"Sehingga nanti banyak orang yang datang ke Trenggalek karena target kita tahun depan fokus kepada pariwisata dan e-government," lanjutnya.
Selain itu, pada kesempatan tersebut Bupati juga berharap dengan adanya CSR Gathering dapat mengakomidir dua belah pihak, yaitu Pemerintah dan perusahaan. Sehingga tidak hanya terkesan Pemerintah menerima CSR saja, namun juga ada feedback kepada perusahaan.
"Kalau kita lihat di negara-negara maju, apakah itu di Eropa atau di Amerika, Pemerintah itu konsisten dalam hal mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Sebelum ijin usaha habis, Pemerintah mengingatkan perusahaan apakah akan diperpanjang dan apa yang bisa dibantu," ucap Bupati.
"Ini mungkin perbedaan kita dalam memandang bagaimana kita harus mewujudkan iklim atau suasana bisnis yang baik dan kondusif, kemudian bisnis itu bisa tumbuh, ketika bisnis tumbuh mereka bisa berkontribusi," imbuhnya. (Humas)