Masalah lingkungan masih menjadi salah satu kendala yang dialami oleh hampir semua daerah, salah satunya Trenggalek. Tentunya hal itu menjadi problem untuk mewujudkan salah satu cita-cita Trenggalek Meroket, yaitu ekosistem yang terjaga.
Mendapat kunjungan dari Temasek Foundation International (TFI) dan Center for Liveable Cities (CLC) sebagai tindak lanjut program Urban Governance Program, Pemerintah Kabupaten Trenggalek ingin mencoba mengadopsi strategi penataan kawasan di Singapura.
"Singapura mempunyai perencanaan yang terintegrasi, jadi ketika membangun jalan tidak semata-mata membangun jalan, harus ada koordinasi dengan housing departement," ungkap Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, saat mendampingi tamu dari Singapura tersebut meninjau beberapa spot di Kecamatan Watulimo, Selasa (19/11/2019).
"Jadi kalau jalannya dibangun juga dipikirkan perumahannya di mana, kalau ada perumahannya berarti fasilitas publik yang harus disiapkan berapa, termasuk pengelolaan limbahnya seperti apa. Dan selama ini kita perencanaannya parsial-parsial saja, yang ngurusi jalan, membangun jalan dimana, yang perumahan dimana, yang fasilitas publik dimana dan itu yang paling dasar atau paling prinsip," lanjutnya.
Bupati Nur Arifin menambahkan tentang bagaimana Singapura merubah wajah sungai, menambah penghijauan, dan hal itu yang bisa dimulai di Trenggalek dari sekarang.
Dalam menata perkotaan, Singapura tidak melulu membangun menggunakan anggaran Negara. Hal itulah yang ingin coba dilakukan di Trenggalek. "Semua daerah mempunyai keterbatasan anggaran, tidak terkecuali Singapura juga berfikir kalau semua dibiayai negara semua tidak mungkin bisa terselesaikan dengan cepat," tutur Bupati.
"Kalau kita ingin percepatan tentunya kita libatkan swasta semaksimal mungkin sehingga anggaran Pemerintah Daerah bisa efektif dan swasta bisa melakukan investasi dan dapat pengembalian yang cukup, sekaligus juga dapat memberikan pelayanan terhadap publik," imbuhnya menjelaskan.
Bupati juga menyampaikan bahwa rencana ke depan adalah menyempurnakan perencanaan yang sudah ada, kemudian memastikan tanah-tanah Pemerintah untuk bisa dimanfaatkan.
"Kemudian kita bisa mengerjasamakan dengan pihak swasta untuk pelayanan publik ataupun inovasi yang lain, kemudian mengatasi masalah-masalah yang kecil namun dampaknya cukup besar. Contohnya limbah cair itu sesuatu sederhana yang bisa kita lakukan dan itu bisa segera kita tanggulangi, sehingga efeknya tidak berdampak pada ekologi juga," terang Bupati Nur Arifin.
Pada kesempatan berbeda Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Cusi Kurniawati, sangat tertarik dengan paparan dari Temasek Foundation. "Paparannya sangat menarik dan menginspirasi, bagaimana Singapura selama 50 tahun itu membangun dengan progres yang begitu cepat," ungkapnya.
"Di tahun 50-60 ditunjukkan bahwa Singapura itu kumuh, kotor dan berbau dan sebagainya, sekarang bisa kita lihat sudah seperti ini, bersih semuanya tertata, manajemen limbahnya tertata dengan baik dan rapi, hijau dan bersih. Mungkin ini yang ingin kita wujudkan," lanjut Cusi.
Kendala untuk melakukan hal yang sama, menurut Cusi, adalah kesadaran dari masyarakat. Pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak masyarakat sadar lingkungan. "Memang tidak semudah dibayangkan, namun diharapkan masyarakat bisa segera tersadarkan dan bisa maju bersama dengan Pemerintah," ajaknya. (Humas)