Menjadi narasumber dalam kegiatan kampanye cegah pernikahan anak yang digelar oleh PD Nasyiatul Aisyiyah Trenggalek, Ketua Forum Puspa Trenggalek, Novita Hardini, SE., sebut pernikahan tidak hanya sekedar cinta. Menurutnya pernikahan perlu membentuk sebuah keluarga berkualitas.
Paradigma saat ini pergeseran budaya mengakibatkan pernikahan anak di bawah umur angkanya semakin meningkat. Tentunya ini perlu disikapi serius oleh semua pihak, karena dampak negatifnya tidak hanya dirasakan oleh pemerintah, melainkan juga dirasakan oleh keluarga itu sendiri.
Apalagi pernikahan usia muda juga berpotensi menyumbangkan penambahan angka stunting, karena secara umur mereka belum siap untuk membina sebuah keluarga. Pernikahan dibawah umur juga sangat beresiko pada perceraian.
Ketua Puspa Trenggalek, Novita Hardini, SE., dalam kesempatan itu menyampaikan, "kita butuh energi lebih mencegah perkawinan anak usia dini. Upaya ini merupakan tanggung jawab bersama karena yang dirugikan tidak hanya pemerintah melainkan juga keluarga", tuturnya, Rabu (3/11/2021).
Inisiator Sekolah Perempuan ini menambahkan, "pernikahan usia dini menjadi tantangan perkembangan budaya kita. Saat ini kita berada di jaman modern, ada pergeseran budaya. Seharusnya ini bisa mejadi sarana kita memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat karena dengan tekhnologi informasi bisa cepat tersampaikan", imbuhnya.
Menjadi sulit karena sudah ada pergeseran budaya. Banyak ditengah masyarakat anak daripada berzina, karena sedang dekat dengan lawan jenis, lebih baik dinikahkan guna menghindari zina itu. Kita harus berupaya merubah sudut pandang ini.
Karena pernikahan tidak hanya cinta saja melainkan perlu mencetak keluarga yang berkualitas. Karena menikah ada tangungjawab terhadap keluarga, lingkungan maupun negara.
Tidak hanya pernikahan anak usia dini saja, upaya pencegahan stunting juga sulit. Masih banyak anggapan masyarakat susu formula lebih baik dari ASI dan beberapa sudut pandang lainnya. Meskipun sulit namun kita harus tetap berusaha. "Orang tua perlu mengenali psikologi anak, perubahan-perubahan anak perlu dikenali. Pendidikan seksualitas sejak dini perlu diberikan," tutupnya.
Perempuan yang juga menahkodai Organisasi PKK Trenggalek itu menyambut baik upaya Aisyiyah Trenggalek yang juga ikut berperan aktif dalam kampanye pencegahan pernikahan anak. Istri Bupati Trenggalek itu juga mengajak organisasi dan elemen lain tidak hanya organisasi perempuan saja untuk ikut bersama-sama mendorong pencegahan pernikahan anak.
Sedangkan tujuan Nasyiatul Aisyiyah Trenggalek sendiri menggelar kegiatan ini memang ditujukan untuk mencegah pernikahan anak usia dini dalam mendorong mewujudkan Trenggalek zero stanting. Beberapa narasumber dihadirkan, tujuannya berbagi gagasan dan upaya dilakukan dalam mencegah pernikahan anak. (Nur/ Dokpim)