60 inovasi berkompetisi dalam ajang Trenggalek Inovation Fest (TIF) tahun 2021 yang digelar di Pasar Pon Trenggalek, Selasa (14/12). Melihat gelaran ini, Kabag Organisasi Setdaprov Jatim, puji Kabupaten Trenggalek.
Ramlianto, Kabag Organisasi, Setdaprov itu menjelaskan, "Pemerintah Kabupaten Trenggalek sudah menjawab sebuah tantangan, bahwa kecepatan keinginan masyarakat untuk dilayani lebih baik itu mengikuti deret hitung. Sementara birokrasi kita dalam melayani mengikuti deret ukur," terangnya di sekitar Pasar Pon.
Kata kunci untuk seimbangnya sambung Ramli, "kemampuan melayani dan keinginan masyarakat dibutuhkan inovasi. Sedangkan Kabupaten Trenggalek melalui kegiatan Trenggalek Inovatioan Fest ini, saya kira menjawab tantangan itu," tegasnya.
TIF tahun 2021 sendiri merupakan gelaran TIF ketiga yang digelar oleh Trenggalek guna menjawab tantangan masyarakat dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Inovasi sendiri diharapkan dapat mempermudah pemerintah dalam memberikan pelayanan dengan keterbatasan yang dimiliki. Selain itu masyarakat terpuaskan usai mendapatkan pelayanan.
Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, kepada awak media menyebutkan, "Trenggalek Inovation Fest ini gelaran yang kita mulai sejak tahun 2019 lalu. Intinya kita ingin menggali OPD itu harus punya inovasi. Sama seperti kita tadi meneruskan apa yang dilaunching oleh Pak Presiden, ASN punya Par Value Berakhlak," ungkapnya.
Salah satu dari berakhlak itu berorientasi pelayanan, lanjut pria yang akrab disapa Mas Ipin itu. "Tentu itu bagaimana cara melayani sekian banyak orang dengan keterbatasan sumberdaya bisa maksimal pelayanannya. Dan Trenggalek Inovation Fest ini menggali bagaimana inovasi itu bisa dikerjakan, biar masyarakat itu semakin termudahkan," imbuh pemimpin Trenggalek itu.
Ada sekitar 60 inovasi, dari OPD, kemudian ada dari sekolah, kecamatan, puskesmas. Ada beberapa inovasi yang menurut saya cukup bagus. Salah satu contoh tadi di salah satu SMP di Watulimo memanfaatkan sumber air di sekitar untuk menjadi air bersih terus digunakan untuk sarana air bersih dan untuk beribadah bagi anak anak di sekolah.
Terus kemudian ada sekolah yang berempati pada siswa siswinya yang dalam tanda kutib ekonominya lemah, tidak punya uang saku. Akhirnya ada inovasi bagaimana melibatkan mereka untuk bisa produktif dan terlibat aktif membuat besek untuk ikan. Besek ini kemudian dijual untuk digunakan sebagai uang saku.
Seperti ini menurut saya sederhana namum menurut saya penuh dengan empati. Artinya bapak/ ibu guru itu tidak hanya mengajar teorinya saja, namun juga memperhatikan kesejahteraan siswa siswinya. Kadang saya tidak memikirkan sampai segitu, inovasi yang mau dikeluarkan oleh sekolah dan saya sangat mengapresiasi.
Kalau dari OPD tentu sya akan dorong terus, agar pelayanan bisa semakin inovatif. Dan kemudian kedua kepusan masyarakat bisa tinggi. Kalau selama ini mungkin banyak aplikasi, banyak kegiatan dan sebagainya. Namun masyarakat belum tentu merasakan dampaknya. Ini perlu kita dorong biar inovasi itu dampaknya benar-benar bisa dirasakan mereka, tandasnya. (Nanang/ Dokpim)