Pemerintah Kabupaten Trenggalek memperingati Hari Ibu, Jum'at (22/13/2017). Dalam Peringatan Hari Ibu ini Wakil Bupati Trenggalek, H. Mochamad Nur Arifin menyatakan bahwa peringatan hari ibu bukanlah bentuk tuntutan penghormatan bagi para ibu.
Peringatan ini murni sebagai bentuk apresiasi terhadap kaum perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa. Kala itu tekad dan perjuangan kaum perempuan untuk mewujudkan kemerdekaan dilandasi oleh cita-cita serta semangat persatuan dan kesatuan menuju kemerdekaan Indonesia yang aman, tenteram, damai, adil, dan makmur sangatlah luar biasa. Sehingga sudah pantaslah bangsa ini memberikan penghormatan pada kaum perempuan atau ibu.
Mengintip sejarah Peringatan Hari Ibu, dideklarasikan pertama kali dalam Kongres Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928, di Yogyakarta, tepatnya di Pendopo Dalem Jayadipuran milik Raden Tumenggung Joyodipoero.
Kongres tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari perkumpulannya Boedi Oetomo, PNI, Pemuda Indonesia, PSI, Walfadjri, Jong Java, Jong Madoera, Muhammadiyah, dan Jong Islamieten Bond. Tokoh-tokoh populer yang datang antara lain Mr. Singgih dan Dr. Soepomo dari Boedi Oetomo, Mr. Soejoedi (PNI), Soekiman Wirjosandjojo (Sarekat Islam), A.D. Haani (Walfadjri).
Sekitar 600 perempuan dari berbagai latar pendidikan dan usia hadir dalam kongres Perempuan Indonesia Pertama ini. Organisasi-organisasi yang terlibat dalam penyelenggaraan itu antara lain: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyah, Wanita Mulyo, perempuan-perempuan Sarekat Islam, Darmo Laksmi, perempuan-perempuan Jong Java, Jong Islamten Bond, dan Wanita Taman Siswa, demikian yang dicatat Susan Blackburn dalam Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang (2007). (Humas)