Implementasi nilai-nilai Pancasila yang saat ini kian memudar, membuat bangsa Indonesia rentan akan berbagai masalah yang dapat mengancam persatuan. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik menggelar seminar kebangsaan dengan tema "Membingkai Toleransi Umat Beragama dalam Cita-Cita Kebhinnekaan dalam Keutuhan NKRI", Rabu (17/5/2017).
Seminar yang digelar di Pendopo Manggala Praja Nugraha Kabupaten Trenggalek tersebut dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek beserta jajaran Forkopimda, Sekretaris Daerah Kabupaten Trenggalek beserta seluruh Pimpinan OPD, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek, MUI, MABAG, FKP, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), perwakilan Partai Politik, tokoh serta pemuka agama, tokoh masyarakat, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi pemuda, dan tamu undangan lainnya.
Menurut Kepala Kesbangpol, Drs. Widarsono, M.Si., diadakannya kegiatan seminar kebangsaan ini diantaranya dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-109 tahun 2017, serta bertujuan untuk memperkokoh wawasan kebangsaan.
Sementara itu, Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc., dalam sambutannya menyampaikan bahwa "kebhinnekaan" akhir-akhir ini menjadi sangat sensitif. Kata-kata Bhinneka yang tercermin dalam lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, secara tiba-tiba terasosiasikan terhadap konflik yang terjadi di tengah bangsa Indonesia.
"Kata-kata Bhinneka kalau kita munculkan malah menjadi sesuatu yang agak menakutkan, karena disangkanya nanti kita tidak membela kelompok tertentu, membela pandangan tertentu, membela ideologi tertentu," ungkap Emil.
"Namun ada juga yang memberikan pandangan bahwa Bhinneka jangan sampai diasosiasikan dengan kepentingan tertentu, Bhinneka adalah semangat yang mengalir di dalam darah kita sebagai bangsa Indonesia bahkan sebagai umat beragama sekalipun," imbuhnya.
Tujuan dari seminar kebangsaan dengan tema kebhinnekaan, menurut Emil Dardak, adalah bahwa tantang dari kebangkitan bangsa Indonesia adalah persatuan. Persatuan sendiri tentunya dilandasi oleh rasa toleransi.
"Toleransi yang seperti apa? apa itu definisi saling meghormati? apa itu definisi saling menghargai? apakah toleransi artinya kebebasan berekspresi? apakah toleransi artinya saling memaafkan? apakah toleransi artinya qusnudzon tidak menganggap itu sebagai sebuah hal negatif atau kebalikannya? tentunya jawabannya tidak bisa selesai dalam satu seminar," tuturnya.
"Dan saya yakin tujuan kita hadir di sini bukan untuk membedah, mengupas itu. Tujuan kita hadir adalah Trenggalek hari ini sudah adem, tenteram, maka jangan sampai kita terbawa-bawa masalah yang terjadi di belahan lain Indonesia. Jadi tidak usah kita bicarakan di kiri kanan, kita lihat saja di dalam Trenggalek, bahwa hari ini seluruh pemuka agama kita sudah tenteram, tidak usah kita ikut diskursus di luar sana karena terlalu kompleks, terlalu pelik," ucap Emil Dardak.
Emil Dardak mengatakan bahwa ini mengingatkan kembali di Trenggalek, toleransi umat beragama telah di definisikan sendiri. "Kita punya definisi sendiri di sini bahwa kita saling menghormati, saling menghargai, menjaga teritori, menjaga perasaan satu sama lain, dan tentunya atas dasar itulah definisi toleransi didasari dulu sebelum kata memaafkan adalah saling menghargai."
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Emil juga mengingatkan, seluruh umat beragama harus menyadari bahwa nilai-nilai agama justru menjadi unsur perekat integrasi nasional.
"Marilah kita semua berkomitmen untuk menjaga ketenteraman bangsa di Kabupaten Trenggalek, jangan sampai kita ikut ke dalam permasalahan, perpecahan yang ada," pungkas Emil. (Humas Kabupaten Trenggalek)