Dalam moment Kebangkitan Nasional dan hari lahirnya Pancasila, Wakil Bupati Trenggalek, H. Moch. Nur Arifin menerbitkan sebuah buku dengan judul "Bung Karno 'Menerjemahkan' Al Qur'an". Buku yang memupuk kembali pentingnya nilai-nilai Kebangsaan, Nasionalisme dengan ke Islaman dalam berbangsa dan bernegara dengan keteladanan dan perilaku Proklamator Bangsa Ir. Soekarno, ini terbit pada moment yang tepat.
Buku ini terbit tepat saat hari-hari dimana bangsa ini memperingati hari Kebangkitan Bangsa dan lahirnya Pancasila serta di Bulan Suci Ramadhan, ketika umat Muslim berlomba-lomba meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini salah satu tantangan serius Bangsa yang sedang dihadapi adalah soal ideologi kebangsaan dan keislaman Indonesia yang dinilainya terjadi upaya pembenturan dan dikesankan sebagai dua hal berbeda. Dikotomi ini, bukan hanya tidak tepat, tapi bertentangan dengan filosofi lahirnya bangsa Indonesia yang lahir dari sintesa antara kebangsaan dan keislaman.
Perlu diingat Indonesia lahir dari perjuangan para nasionalis dan tokoh Islam. Keduanya bahu-membahu membawa Indonesia lepas dari jerat penjajahan.
Dikonfirmasi mengenai buku yang ditulisnya Wakil Bupati termuda ini menyampaikan, "sebenarnya buku ini idenya sudah sejak dua tahun yang lalu, sebelum saya terjun ke kancah politik. Tetapi saya melihat setiap kita sowan atau melihat berita atau apa itu selalu ada dikotomi antara orang yang mengaku nasionalis dan kelompok yang mengaku religius, bahkan seringnya dibentur-benturkan, " ungkapnya.
"Saya akhirnya belajar apa iya sih nasionalis, kita pancasilais itu tidak religius dan yang religius dan mengamalkan agama betul apakah itu tidak nasionalis. Ternyata setelah kita buka sejarah otobiografinya Bung Karno, pidato-pidatonya, kemudian bagaimana Bung Karno menyikapi suatu permasalahan agama, tulis-tulisannya Noto Sutardjo dan segala macam, kemudian saya juga buka-buka Al Qur'an dan tanya kebeberapa Kyai, ternyata saya dapat kesimpulan bahwa kalau orang itu nasionalis maka haruslah dia itu religius," jelasnya.
"Karena nasionalis itu dimensinya adalah bagaimana kita menjaga keberagaman, bagaimana kita menjaga kerukunan, bagamana kita bisa di pilar kebangsaan ini kita saling membantu, saling peduli, bagaimana kita mengabdi kepada tanah air. Mengabdi membantu itu kalau tidak orang religius tidak mungkin. Ngapain saya bantu kalau sudah enak begini, inikan konteksnya spiritualitas atau konteksnya religi. Sebalinya juga begitu, orang ngomong religius tetapi tidak nasionalis juga konyol. Kamu mau beribadah sekusyuk apapun kalau kamu tidak nasionalis atau tidak menjaga kerukunan atau memupuk konflik atau segala macam, beribadahpun akan menjadi bingung. Sholat ada prasangka jangan-jangan ini nanti ada yang ngebom. Religius kita malah jadi konyol," jelasnya.
Penyandang rekor Muri sebagai Wabup Termuda ini menambahkan, "akhirnya saya menyimpulkan kalau religius harusnya nasionalis juga dalam konteks kebangsaan ini. Sebagai penguat itu maka framing-framing kehidupan Soekarno, pemikiran-pemikiran Sukarno baik yang praktis maupun fisi jangka panjangnya saya lekatkan dengan kesamaan sejarah turunnya ayat dan kesamaan, mungkin kondisi, subtansial perjuangan juga yang dilakukan oleh Nabi, makanya saya memberi judul Bungkarno dalam tanda kutip menerjemahkan Al Qur'an."
"Bukan berarti ini kitabnya Bung Karno sebagai Mufasir, nggak. Menerjemahkan itu toh kita sebagai umat beragama diberi kitab suci untuk diterjemahkan. Artinya diterjemahkan itu diamalkan. Dalam setiap pidatonya Bung Karno, dalam garis hidupnya Bung Karno saya melihat banyak sekali kecocokan."
"Saya kasih contoh Trisakti itu juga mewakili ajaran Al Qur'an salah satunya di dalam Surat Al Balak. Kemudian saya mengatakan kalau Nabi Muhammad itu, perintah pertama Iqro', Bung Karnopun juga mengalami fase itu, kemudian ada masa-masa perjuangan yang mana harus mrlakukan pergerakan, Bung Karnopun juga mengamalkan ayat Yaa Ayuhal Mudasir, Kum Faa Anfir, ya begitu-begitu yang saya tulis."
"Belum lagi secara konkrid Bung Karno dalam sidang PBB itu membacakan Al Hujurad 13, bahwa kita ini diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Itu disampaiakan oleh Bung Karno dalam sidang PBB. Akhirnya saya menyimpulkan tidak ada alasan bahwa kamu hanya memilih nasionalis tetapi tidak religius, pastinya akan rusak, tidak religius. Tetapi kalau kamu mengaku nasionalis harus juga religius dan kalau kamu mengaku religius harus juga nasionalis."
"Sehingga dari hal tersebut saya mengambil judul Bung Karno "Menerjemahkan" Al Qur'an. Kenapa Bung Karno menerjemahkan Al Qur'an karena begini, semu sejarah NKRI tidak lepas dari oeran beliau, meskipun tanpa kita menisbikan peran-peran ulama dan oeran tokoh-tokoh lain. Contoh Pancasila, kemudian Proklamasi, kalau Sukarnonya dinistakan maka ini pintu untuk menistakan Indonesia. Tapi kita tidak boleh taklit, semua apa yang dilakukan Bung Karno ini 100% benar, mungkin ada juga yang salah, namun tidak harus kita salahkan, namun kita ambil hikmah dan pelajaran."
"Sebagai anak generasi bangsa selanjutnya kita ambil pelajaran dari hal ini. Apa kesalahan-kesalahan dan kekurangan beliau ketika itu, maka itu yang kita ambil pelajarannya."
"Intinya sebenarnya bukan memetologikan Soekarno, namun jangan sampai Soekarno ini sebagai pintu menistakan Indonesia, Menistakan NKRI, menistakan Pancasila, hanya itu saja. Dan Pak Mahfud MD pun, ketika kita mintai endorsment juga menegaskan bahwa, masih banyak yang salah paham, dikatakan Soekarno ini sekuler yang tidak peduli agama, padahal beliau banyak diilhami oleh pesan-pesan keagamaan. Bahkan distatementnya, beliau mengatakan jadilah manusia Indonesia, orang Indonesia, rakyat Indonesia yang berjuang untuk Indonesia dan menjadi perkakasnya Tuhan," tandasnya.
Wakil Bupati Trenggalek ini menyampaikan perlu waktu dua tahun untuk, mencari referensi dan sowan ke pondok-pondok maupun Kyai-Kyai untuk bisa menyelesaikan buku ini. Dirinya juga tidak menampik ada pro kontra terbitnya buku ini.
Saat ini buku hasil karya Wakil Bupati Trenggalek ini telah diterbitkan oleh Mizan dan telah beredar di sekitar Jabodetabek dan rencananya pekan depan sudah bisa tersebar diseluruh pelosok Negeri ini. (Humas)