Dalam pembukaan kegiatan Pondok Ramadhan 1438 H yang digelar oleh TP PKK bersama Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Trenggalek, Senin (12/6/2017) di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Wakil Bupati Trenggalek, H. Mochamad Nur Arifin menyampaikan tausyiah singkat. Pada ceramahnya, wakil bupati termuda di Indonesia tersebut mengajak semua yang hadir untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
Wabup Arifin menyampaikan bahwa takdir Allah adalah suatu ketetapan, akan tetapi bukan angka final dan masih ada yang harus diupayakan oleh manusia. Dirinya mencontohkan tentang gaya gravitasi yang merupakan takdir atau ketetapan Allah, dimana benda yang dilemparkan ke atas pasti akan jatuh ke bawah.
“Tetapi kenapa layang-layang itu bisa terbang? karena ada angin, dan itu karena kita mengupayakan lewat izin Allah kita mengupayakan itu sehingga yang seharusnya jatuh menjadi bisa tetap di atas, karena selain ada hukum gravitasi, aerodinamika itu juga ada dan itu juga takdir Allah,” jelas Arifin.
Untuk itu, Wabup Arifin mengingatkan agar janga sampai kita menjadi umat yang tidak bersyukur. Umat yang pasrah dan menerima begitu saja kehendak Allah. “Itu kelihatannya seolah seperti orang yang tawakal, padahal tidak,” ucapnya.
Ia mencontohkan tentan g orang yang tidak mau berusaha walaupun masih sehat karena merasa sudah ditakdirkan miskin. Menurut Arifin, orang yang seperti itu justru adalah orang yang sombong. “Betul Allah sudah mencatat di lauhul mahfudz, jadi kalau kita tahu cukup segitu rezeki kita, tahu takdir kita berarti dengan kata lain kita tahu takdir Allah, lho kok sakti?” jelas Arifin.
“Makanya berusaha itu penting, dan ini juga untuk meluruskan jangan sampai kalau kita tidak mau berupaya akhirnya nanti mengatakan bahwa Allah tidak adil. Maka saya katakan, Allah itu adil, Allah itu rohman, Allah itu rohim, kalaupun ada nasib yang khususnya di dunia maupun di akhirat itu kok tidak baik, itu karena kita sendiri,” imbuhnya.
Wabup Arifin mengutip firman Allah dalam surat Yasin ayat 19, …too irukum ma‘akum… yang artinya kemalanganmu karena kamu sendiri. “Jadi jangan sampai kita seolah-olah tawakal, semua dipasrahkan, tetapi kita tidak mau berusaha, maka Allah tidak suka dengan orang-orang seperti itu,” ungkap Arifin.
“Jadi mari takdir ini kita syukuri, cara mensyukurinya dengan berusaha, maka kita jemput nasib baik,” ajaknya.
Menurut Wabup Arifin, kenapa masih ada orang baik yang masih miskin, masih ada orang sholeh yang masih miskin, ia menegaskan kita harus ingat bahwa tujuan hidup bukanlah di dunia, maka tidak ada kemuliaan hidup di dunia.
“Pendiri bangsa ini mengatakan bahwa Tuhan ada di gubuk si miskin, dan jangan bangga dan merasa mulia yang sekarang memiliki harta atau jabatan karena semua itu adalah cobaan. Maka kemiskinan adalah kemewahan, kekayaan adalah ujian. Tetapi bukan berarti harus miskin atau pasrah menjadi miskin, itu kembali lagi namanya kita tidak syukur,” tutur Arifin.
“Jadi diciptakan ada yang kaya ada yang miskin ini adalah ujian, apakah yang kaya sadar akan perannya bahwa dia harus menyisihkan sebagian hartanya, apakah yang miskin sadar akan posisinya bahwa dia harus berusaha, harus mengentaskan diri, nah maka inilah yang saya sebut bahwa kemiskinan adalah kemewahan. Karena jika orang miskin sadar dengan kemiskinan itu, maka ini dijadikan ladang amal, dijadikan ladang sabar, tetap berusaha bekerja, tetap bertawakal, tidak menjagakan orang lain itu menjadi ladang ibadahnya dia. Pun juga kemiskinan adalah kemewahan bagi orang yang kaya, karena ada kemiskinan maka dia bisa membersihkan hartanya,” jelasnya. (Humas Kabupaten Trenggalek)