Setiap bulan Selo dalam penanggalan Jawa, banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menggelar upacara adat atau sedekah bumi. Upacara tersebut sebagai wujud ungkapan syukur atas rezeki dari Yang Maha Kuasa, baik dalam rupa hasil bumi maupun hasil laut.
Demikian halnya yang mengakar di masyarakat Kabupaten Trenggalek, momen bulan Selo selalu dimanfaatkan untuk menggelar upacara adat maupun bersih desa, pun masyarakat nelayan. Jika di Teluk Prigi Kecamatan Watulimo menggelar Labuh Laut Larung Sembonyo, di Teluk Sumbreng Kecamatan Munjungan ada upacara adat Longkangan.
Plt. Camat Munjungan Yusuf Widharto, S.S.T.P., dalam sambutannya mengatakan bahwa adat Longkangan bukan hanya bentuk rasa syukur masyarakat nelayan. Namun juga komitmen bersama dalam upaya melestarikan budaya serta kearifan lokal masyarakat Munjungan.
"Mari kita jaga laut kita, kita jaga kelestarian lingkungan kita, kita jaga adab kita dan kita jaga adat kita, dan yang paling penting kita jaga kesehatan kita karena semua itu saling keterkaitan," ucapnya.
Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhamad Natanegara yang hadir mengikuti kirab upacara adat Longkangan mengajak seluruh masyarakat bersyukur dengan kondisi saat ini di mana pandemi semakin terkendali. Maka melalui upacara adat sebagai ungkapan syukur diharapkan pandemi benar-benar berakhir.
"Mari kita sama-sama mulai menata perekonomian di Kabupaten Trenggalek, hari ini semua sudah dibuka, semua sudah mulai normal seperti sediakala, maka ini saatnya kita hidupkan kembali perekonomian," tuturnya berpesan. (Prokopim Trenggalek)