Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo mengajak semua pihak yang ada di Trenggalek untuk gotong-royong mengatasi bencana alam yang terjadi. Ajakan tersebut disampaikan Gubernur Soekarwo dihadapan Bupati, Anggota Dewan, tokoh masyarakat hingga tokoh agama di Trenggalek saat ia melakukan kunjungan kerja dan peninjauan sekaligus menyerahkan bantuan pasca bencana di Balai Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, Trenggalek, Minggu (2/10).
Gubernur mengatakan, gotong royong merupakan cara dan tradisi dari masyarakat Jawa Timur untuk saling bahu-membahu serta tolong-menolong. Dalam hal ini merehabilitasi sarana dan prasarana hingga fasilitas umum yang rusak akibat bencana di Trenggalek.
"Saya mengajak seluruh masyarakat untuk saling bersama-sama dan membantu merehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana alam. Mari kita budayakan kembali gotong royong antar warga untuk merenovasi sekaligus membangun wilayah yang rusak," ungkapnya.
Pakde Karwo menegaskan, bahwa pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin di dalam membantu merehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak. "Terima kasih atas kerja bakti dan gotong royongnya, terus pelihara kebiasaan baik ini. Pemprov Jatim dan Pemkab Trenggalek akan membantu untuk merenovasi jalan, jembatan, sekolah dan sarana dan prasarana yang rusak," tutur Gubernur Jatim.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Soekarwo juga menyerahkan bantuan senilai Rp. 1.674.980.000 kepada Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak guna merenovasi sarana dan prasarana yang hilang maupun rusak. Selain itu Pakde Karwo juga memberikan bantuan berupa 10 Ton beras bagi masyarakat yang terkena dampak bencana di Trenggalek. Tak hanya itu, secara khusus dan pribadi Pakde Karwo memberikan santunan duka cita bagi keluarga korban bencana alam senilai Rp. 5.000.000,-.
Momen bertemu dengan warga tersebut juga dimanfaatkannya untuk memberikan bantuan sekitar Rp. 10.4 M yang diperuntukkan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin di 4 desa, khususnya bagi yang single parent atau janda yang berusia lanjut. Di Trenggalek sendiri terdapat sekitar 183 KK janda yang memiliki kriteria kurang mampu.
Selain membantu usia lanjut, dana tersebut juga dapat diperuntukkan untuk membiayai penanggulangan kerentangan kemiskinan. Kriteria ini, diibaratkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang digusur oleh pemerintah sehingga jatuh miskin. Di Trenggalek terdapat 173 kelompok kerentangan kemiskinan. “Bantuan yang kami berikan ini merupakan upaya Pemprov Jatim yang dikenal dengan Jalin Matra (Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Masyarakat),” jelas Gubernur Soekarwo.
Pakde Karwo juga menilai bahwa bencana alam yang terjadi menyebabkan banyak kerusakan, baik fisik dan non fisik. Belum lagi ditambah dengan dampak psikologis yang terjadi pada masyarakat. Akan tetapi, Pakde juga meminta masyarakat Trenggalek untuk tidak mengeluh dan tetap mengucap rasa syukur atas bencana yang terjadi. Banyak hal positif yang bisa direnungkan dan diraih, salah satunya adalah suburnya lahan pertanian.
"Kita harus mampu mengambil sisi positif dari adanya musibah seperti ini. Kita liat di sawah-sawah humus dan pupuknya sangat luar biasa. Memberi kesuburan bagi tanah. Maka, masyarakat harus bersyukur dengan cara melakukan gotong royong bersama pak bupati beserta forkopimda di Trenggalek," ucap Gubernur.
Pakde Karwo juga meminta agar bencana alam yang terjadi ini juga mendapat perhatian dari Perhutani. Perhutani harus aktif berkontribusi bagi masyarakat. Karena jika, Perhutani tidak memberi kontribusi kepada masyarakat dengan menanam pohon tegakan yang bisa menyerap dan menahan air, akan merusak lingkungan.
"Kasus Panti, Kabupaten Jember pada tahun 2010 yang daerah aliran sungai ditanami tanaman kopi dan kakao bisa habis ketika musim penghujan. Kemudian, kayu potongan yang digunakan sebagai bendungan tidak kuat menahan derasnya air yang mengalir. Sehingga jebol, yang mengakibatkan Perhutani rugi besar. Saya kira langkah pencegahan yang harus dilakukan saat ini seperti itu," terangnya.
Selain ajakan, gotong royong untuk membangun kembali daerah yang rusak diakibatkan bencana alam, Pakde Karwo juga mengajak semua masyarakat Trenggalek untuk Gotong Royong membangun dan mempercepat proyek Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan antara Banyuwangi-Pacitan.
Masyarakat, Trenggalek yang berada di selatan Jatim harus bergotong royong bersama pemerintah menyukseskan dan mempercepat JLS ini. Kehadiran, JLS diyakini Pakde Karwo akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus menambah pertumbuhan ekonomi daerah yang dilaluinya.
JLS ini akan memperlancar arus barang dan jasa. Jika JLS ini jalannya halus akan meningkatkan penjualan hasil panen. Akan tetapi, jika jalannya rusak, ongkos angkut barang dan jasa tersebut dibebankan kepada petani, bukan pada pembeli. "Maka, saya meminta tolong kepada pemilik tanah yang terkena JLS agar segera melepaskannya untuk manfaat masyarakat luas. Dan jika JLS sudah terbangun, harga tanahnya akan naik. Jadi jangan tanahnya dinaikkan lalu di jual, tetapi dijual sekarang begitu JLS nya jadi, harga tanah di daerah sekitar akan ikut naik," tegasnya.
Ia berpesan, bahwa pembangunan JLS harus segera terealisasi. JLS itu diibaratkan organ tubuh berperan sebagai tubuh. Artinya, jika tubuhnya sudah terbentuk langkah selanjutnya yakni menyusun organ yang lain atau menciptakan sumber ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.
Bupati Trenggalek Emil Dardak mengakui bahwa Trenggalek ini merupakan daerah longsor yang berada di kawasan pegunungan. Karena sebanyak 53.8 % ketinggian wilayah ini sekitar 100-500 meter berada diatas permukaan air laut. Untuk itu, kami mengharapkan Pemprov Jatim agar hadir lebih dekat dengan menempatkan UPT Kehutanan hadir di Trenggalek.
Ia menjelaskan, alasan UPT Kehutanan ini karena sebanyak 66 persen wilayah hutan di Jatim berada di Trenggalek. Dalam paparannya, Bupati Trenggalek menjelaskan, bahwa Trenggalek memiliki peta kerawanan bencana terutama banjir dan longsor.
Banjir yang paling dominan disebabkan yakni adanya air rob yang muncul dan mengganggu area persawahan. Selain banjir Rob, Trenggalek juga rawan terkena banjir yang bersumber dari kuatnya air yang muncul dari hulu ke hilir. Kondisi ini diperparah dengan dibawa matrial sungai sehingga merusak daerah sekitar alur sungai.
“Sebab utama dari terjadinya alur sungai yang berpindah karena sungai yang menghadap ke samudra hindia sangat curah dan memiliki kecepatan air yang tinggi. Maka solusi yang akan kami lakukan adalah memberikan ruang untuk sungai agar bermanuver untuk mengalir tidak pada satu muara. Ini adalah jangka menengah dan panjang yang akan kami rancang,” ungkap Pakde Karwo.
Dalam kunjungannya ke Trenggalek, Pakde Karwo berkesempatan meninjau jalan, jembatan dan plengsengan, gedung SD yang hilang dan rusak akibat tanah longsor. Pada saat peninjauan jalan, jembatan, plengsengan hingga gedung sekolah yang rusak, Pakde Karwo mendengar langsung keluhan warga. Banyak warga yang meminta pemerintah membenahi sarana dan prasarana yang rusak hingga aliran sungai harus diperbaiki.
Mendengar keluhan dari warga tersebut, Pakde Karwo dengan cepat dan tanggap menampung aspirasinya. Pakde Karwo meminta agar, semua keluhan dan aspirasi harus dibuat secara tertulis. "Bapak-ibu harus membuat secara tertulis. Surat tersebut kemudian dibuat oleh lurah untuk kemudian diteruskan kepada Bupati hingga kepada Gubernur," tutupnya. (Humas)