Pemerintah Kabupaten Trenggalek tengah getol memberikan ruang kepada perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan. Mereka dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, melalui Musyawarah Perempuan, Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan (Musrenakeren) di tingkat Desa, Kecamatan hingga Kabupaten.
Memaksimalkan peran kelompok rentan ini, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini Mochamad mencoba memberikan penguatan kepada para fasilitator yang ditunjuk melalui pelatihan, yang digelar di Gedung Bhawarasa mulai Jum'at (6/9/2019).
Pelatihan ini terbagi menjadi empat gelombang, mulai 6 hingga 17 September mendatang.
Menurut Ketua TP PKK Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini, "sama seperti konsep awal dibangunkannya Musrena Keren. Jadi kegiatan ini adalah penguatan fasilitator dan mentor, agar mereka bisa mendalami hakekat dari Musrenakeren sebagai penguatan dari kelompok rentan di Trenggalek," ungkap istri Bupati Trenggalek tersebut.
"Jadi melalui pelatihan fasilitator ini mereka bisa menularkan energi-energi yang kami harapkan bisa sampai ke desa-desa," imbuhnya.
Kegiatan Musrenakeren nantinya ada sepeda keren atau perempuan diedukasi untuk terlibat langsung dalam proses anggaran di tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten.
Jadi ketika ada pertemuan perempuan-perempuan di Kabupaten mereka tidak hanya cuma swafoto, mengisi daftar hadir, absen dan ketika pulang tidak dapat impact-nya.
Kita ingin ada perubahan di sini, setiap perempuan diedukasi untuk bisa berkontribusi dan mengenal hak-hak mereka dalam penganggaran pembangunan ini.
Sebenarnya tidak hanya kelompok rentan, paradigma perempuan disepelekan itu masih banyak terjadi. Bahkan di lingkungan terpelajar juga masih ada patriaki.
Tantangannya setiap perempuan selalu setiap saat harus mendapatkan stimulasi, kesadaran bahwa mereka itu adalah ornamen-ornamen yang sangat luar biasa dalam pembangunan ini.
Tanpa perempuan sentuhannya, pemikirannya, keberaniannya pasti saya yakini perencanaan pembangunan di dunia ini pasti pincang.
Ketika perempuan ini sadar dimana letak kekuatannya, perempuan itu pasti bisa menjadi daya ungkit yang sangat luar biasa.
Dan ini tidak terbatas hanya kepada kelompok rentan, di desa desa, melainkan perjuangan kita di dunia modern ini.
Setiap perempuan dari lahir sampai meninggalkan Bumi Pertiwi, setiap detik yang kita punya adalah perjuangan. Jadi apa yang kita yakini itu patut mendapatkan konsistensi dari apa yang kita perjuangkan.
Kita memperjuangkan hak-hak bersuara, hak-hak berpendidikan maupun hak hak kesempatan, sehingga tidak di nomor duakan, yang membedakan hanyalah fungsinya saja, tandas wanita berparas cantik ini. (Humas)