Pemerintahan daerah di seluruh dunia sedang gencar membahas dua hal, yaitu the New Urban Agenda untuk 20 tahun kedepan yang akan difinalkan di Habitat-3 Conference di Quito, Ecuador pada bulan depan, dan juga the Addis Ababa Action Agenda yang telah disepakati para kepala daerah bersama PBB pada bulan Juli 2015 dalam Financing for Development Conference di Addis Ababa, Ethiopia. United Cities and Local Government (UCLG) sebagai asosiasi pemerintah daerah seluruh dunia, memilih kedua topik diatas dalam kongres ke-6 wilayah Asia Pasifik yang diselenggarakan di kota Gunsan, provinsi Jeollabuk-Do, Korea Selatan pada tanggal 5-8 September 2016. Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak M.Sc, diundang oleh UCLG, berdasarkan pengalamannya sebagai pakar dibidang ekonomi pembangunan, untuk memaparkan konsep pembiayaan pembangunan oleh pemerintah daerah dalam menerapkan Addis Ababa Action Agenda.
Sesi mengenai Local Finance yang dimoderatori Eva Ringhof dari Cities Development Initiative for Asia (CDIA) yang bermarkas di Asian Development Bank Office Manila, turut menampilkan pembicara dari Asosiasi Pemda Nepal (Association of District Department Committees of Nepal-ADDCN), Asosiasi Pemda India (All India Institute of Local Self Government-AIILSG), dan Sekjen Asosiasi Pemda Bangladesh (Municipal Association of Bangladesh-MAB) yang juga merupakan walikota Kotalipara Pourashava.
Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak M.Sc memaparkan konsep gotong royong sebagai upaya mendorong industrialisasi yang dirintis dari kelompok ekonomi kecil atau smallholders driven industrialization. Pemerintah daerah memiliki tantangan karena: 1) PPN (pajak pertambahan nilai) maupun PPH (pajak penghasilan) merupakan pajak pusat sehingga ketergantungan terhadap dana transfer pusat tidak bisa dihindari; 2) kedekatan kepala daerah dengan konstituen akar rumput membuat tekanan untuk mengalokasikan pembiayaan ke pembangunan yang bersifat populis dan belum tentu high impact menjadi jauh lebih tinggi; 3) pembiayaan alternatif bagi pemerintah daerah masih terbatas opsinya. Konsep moving the gear yang diusulkan Emil Dardak menjadi salah satu poin luar biasa (excellent point) yang disampaikan Eva Ringhof di sesi pleno, dimana ekonomi diibaratkan gear mesin yang saling menggerakkan satu sama lain, sehingga dalam kondisi fiskal yang ketat diperlukan prioritas kepada high impact spending dan disinergikan dengan peran sektor swasta dalam merespon pembelanjaan pemerintah dengan investasi sehingga terwujud pembangunan yang inklusif.
Usulan Bupati Trenggalek Dr. Emil Elestianto Dardak M.Sc lainnya juga senada dengan pembicara lain, yaitu pentingnya didorong proyek pembiayaan bersama antara pemerintah pusat dan daerah, dimana kepastian dana transfer dari pusat untuk proyek yang berskala besar dan signifikan dapat diketahui dalam tahap perencanaan. Selama ini DAK tahunan tidak bisa dipastikan, sedangkan alokasi APBN untuk proyek-proyek pembangunan utama di daerah banyak yang terpotong karena penghematan. Pemerintah harus fokus pada enabler investment yang akan menjadi pendongkrak investasi dunia usaha, namun mengingat kebutuhan mendorong industrialisasi, maka konsep industrialisasi akar rumput didorong dengan mencari keseimbangan dan sinergi antara private sector expertise dengan gotong royong ekonomi di tingkat akar rumput. Sebagai wakil ketua umum APKASI yang salah satu mandatnya adalah mengkoordinasi kerjasama internasional, Dr. Emil Elestianto Dardak M.Sc Bupati Trenggalek juga dinominasikan untuk menduduki kursi Executive Bureau mewakili wilayah Asia Tenggara di UCLG Asia Pacific.