Memiliki bentuk topografi, dua pertiganya merupakan wilayah pegunungan dengan batuan vulkanik muda yang mudah patah membuat Kabupaten Trenggalek menjadi daerah rawan bencana, utamanya bencana tanah longsor.
Kecuraman bidang miring juga menjadi salah satu faktor penentu tingkat kerawanan bencana di daerah ini, ungkap Dr. H. Emil Elestianto Dardak, M.Sc, Bupati Trenggalek dalam Simulasi Peningkatan Peran dan Kesiapsiagaan Satlinmas dan Masyarakat dalam Tanggap Darurat Bencana Tahun 2018.
Dalam kegiatan simulasi Satuan Polisi Pamong Praja se-Jawa Timur di Lapangan Desa Karangsoko Trenggalek, Kamis (27/9/2018) tersebut Bupati Trenggalek ini berharap ada peningkatan peran serta satlinmas dalam kesiapsiagaan ketanggapan potensi bencana.
Dituturkan doktor termuda se-Asia Pasifik ini dalam sambutannya dihadapan para Kepala Satpol PP Kabupaten/ Kota di Jawa Timur, Pejabat Satpol PP Provinsi Jatim, Forkopimda Trenggalek dan segenap tamu undangan yang hadir, tujuan diadakannya simulasi ketanggap daruratan bencana ini Kabupaten/Kota se-Jatim bisa saling sharing pengalaman penanganan bencana, sehingga kesiapsiagaan terhadap bencana bisa teroganisir dengan baik.
Bupati Emil Dardak tidak segan bercerita mengenai pengalamannya menghadapi bencana di Trenggalek. Di awal kepemimpinannya tahun 2016, pria lulusan Harvard University ini sempat terjebak banjir menjelang upacara detik-detik Proklamasi 17 Agustus.
Diceritakan olehnya, ketika ditahun-tahun sebelumnya bencana kekeringan terjadi di Trenggalek berkat dampak gelombang El Nino, tahun 2016 berganti hujan sepanjang tahun terjadi di Trenggalek sebagai dampak gelombang Lanina.
Hujan sepanjang tahun ini tidak hanya mengakibatkan bencana banjir saja, bencana tanah longsor juga terjadi di beberapa wilayah, salah satunya di KM 16 Raya Trenggalek-Ponorogo yang saat ini tengah dibangun tembok penahan tebing dari Kementerian PUPR.
Dijelaskan Emil, bencana ini terjadi akibat batuan vulkanik muda, menyerap air kemudian lapuk dan menyebakan longsor. Selain itu air yang meresap tidak mudah dialirkan, sehingga lambat laun bisa membetuk bidang luncur dan patahan tanah.
Dicontohkan olehnya seperti yang terjadi paling parah di Desa Terbis Kecamatan Panggul. Bangunan jalan yang baru dibangun retak-retak seperti baru saja diterjang gempa yang cukup dasyat.
Dijelaskan Bupati yang terpilih menjadi Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024 tersebut, untuk penanganan bencana ini Pemkab Trenggalek, menggandeng Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Ahli Geologi UGM dan ITB.
Menurut Emil Dardak, ternyata ilmu pengetahuan sangat berpengaruh dalam penanganan kebencanaan dan peminimalisiran resiko bencana.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, maupun ahli geologi ITB dan UGM melakukan pemetaan dilapangan sekaligus kajian tekhnis penangan bencana yang terjadi.
Beberapa rekomendasi diberikan oleh para tim ahli ini untuk ditindaklanjuti bersama.
Melalui simulasi dan disiplin ilmu yang telah diterbitkan, Bupati Trenggalek ini berharap linmas bisa menjadi 'agent of change', agen perubahan dalam ketanggapan potensi bencana.
Seperti halnya di Jepang kesadaran masyarakat sangatlah tinggi untuk menghadapi bencana yang bisa datang sewaktu-waktu tanpa dapat diperediksi sebelumnya.
"Sampai-sampai dalam meletakkan sepatu atau alas kaki sangat mereka perhatikan, termasuk kendaraan, semua menghadap keluar, sehingga sewaktu-waktu terjadi bencana dengan mudah mereka mengevakuasi anggota keluarga maupun harta benda mereka yang mungkin mau diselamatkan pertama kali," jelas pria jebolan Ritsumeikan University ini. “(Humas)