Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111º 24’ hingga 112º 11’ bujur timur dan 7º 63’ hingga 8º 34’ lintang selatan. Sehingga dari topografi ini, Trenggalek memiliki dua iklim cuaça, yaitu kemarau dan hujan. Dua iklim bisanya berganti dalam kurun waktu 6 bulan lamanya.
Melihat fenomena bencana alam yang melanda di Trenggalek sepertihalnya tanah longsor, banjir bandang maupun bencana lainnya yang melanda dalam waktu dekat ini menunjukkan bawasannya bencana alam yang terjadi tidak mengenal iklim. Banjir dan tanah longsor terjadi saat musim kemarau serta sebaliknya bencana kekeringan terjadi ketika waktunya musim hujan.
Dari fenomena alam ini Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak M.Sc dipaparannya dalam Diskusi Publik Membedah Tata Kelola Bencana di Jawa Timur, Hotel Primiere Santika Surabaya, Senin (27/3) menyatakan "kesigapan bencana jangan hanya saat musimnya," ucap Emil.
Hal ini dimaksudkan adanya kesiap siagaan banjir ketika saatnya musim kemarau, pasalnya cuaca tidak menentu bisa saja terjadi hujan lebat saat kemarau tiba, begitu juga dengan sebaliknya. Pasalnya biasanya kita hanya siaga banjir ketika musim hujan tiba, dan siaga air bersih ketika kemarau datang. Padahal dengan cuaca yang masih tidak menentu apapun bisa terjadi.
Dalam diskusi publik ini Bupati Emil Dardak menceritakan kepada undangan yang hadir, bagaimana kondisi Trenggalek, saat dirinya mau mencalonkan jadi Bupati Trenggalek. Kala itu sungai-sungai maupun sumber air mulai mengering. Bencana kekeringan melanda Trenggalek Hampir setahun lamanya di tahun 2015. "Bagaimana saya bila menjadi Bupati, kondisi di Trenggalek kekeringan, kok tidak ada air begini," tuturnya.
"Makanya saya berdiskusi dengan team bagaimana supaya Trenggalek itu agar tidak kering. Salah satunya dengan berkomunikasi dengan pembuatan embung, serta meningkatkan ketebalan top soil," imbuhnya.
"Setelah awal hujan ketika saya dilantik, pegunungan yang seelumnya kering menjadi hijau dan terlihat indah. Dari sini episode selanjutnya baru tiba. Mulai bencana longsor dimana-mana, genangan air mulai bermunculan."
"Dari pengalaman ini tiap-tiap Daerah harus bersiap-siap kekeringan ketika musim hujan dan kehujanan ketika musim kemarau. Sedangkan kita itu bersiap-siap air ketika musim kekeringan dan bagai mana mengatasi banjir saat terjadi hujan," tandas Emil. (Humas)