Mengundang banyak pihak untuk melakukan diseminasi audit kasus Stunting, Sekda Trenggalek, Edy Soepriyanto berharap dengan kerja kolaborasi bisa menurunkan angka Stunting minimal 14%. Bahkan bisa lebih, turun dibawah target nasional.
Bertempat di Aula Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, mantan Asisten Pemerintahan dan Kesra itu berharap upaya bersama semua pihak, seperti halnya para camat bisa mewujudkan cita-cita ini. Meskipun tidak memiliki memiliki program intervensi kasus stunting, disinggung oleh Edy, Camat diharpkan bisa mengambil peran lebih dalam penanganan stunting. Apalagi penurunan angka stunting menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Trenggalek.
Memiliki peran pemangku kewilayahan, Camat diharapkan penghobi olah raga sepak bola ini mampu menjadi konduktor penanganan gagal tumbuh kembang pada anak. Ditambahkan olehnya, semua pihak mempunyai perannya masing-masing, bila dikolaborasikan dengan baik maka hasilnya akan sangat luar biasa.
Saat ini Pemkab Trenggalek telah melakukan upaya pendampingan di tiga tingkatan. Mulai dari lingkungan, keluarga dan individu. Sesuai data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) prevelensi stunting di Kabupaten Trenggalek tahun 2023 cederung meningkat dari 18,1% tahun 2021 menjadi 19,5% di tahun 2022. Namun sesuai dengan data bulan timbang balita di Trenggalek menunjukkan prosentase menurun 3 tahun terakhir. Tahun 2021 sekitar 11,4%, tahun 2022 9,7% dan tahun 2023 sebesar 6,60%.
"Hari ini alhamdulillah kita laksanakan studi kasus penurunan stunting di Kabupaten Trenggalek. Tentunya sebagaimana tadi yang kami sampaikan melalui sambutan Bapak Bupati Trenggalek paling tidak upaya untuk bisa dilakukan penurunan stunting bisa terealisasi," ucap Edy Supriyanto, Selasa (18/7).
Artinya, sambungnya menambahkan "kalau kemarin masih 19 koma sekian persen, kita berharap bisa menekan minimal 14% sebagaimana target nasional. Syukur kalau penurunan ini bisa dibawahnya, tegasnya. (Prokopim Trenggalek)