Sidang Tesis program Pasca Sarjana di Universitas Airlangga, Surabaya, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin angkat banyak sudut pandang Bung Karno dalam bukunya "Sarinah" dan pengarustamaan gender di daerahnya.
Ternyata banyak alasan yang dikuak dalam tesis ini, kenapa Mochamad Nur Arifin getol memperjuangkan pemberdayaan perempuan di daerahnya. Pertama ingin spirit dari Bung Karno itu bisa terus berkobar dan juga terus mewarnai, hingga pengambilan kebijakan sampai saat ini.
Ugensi yang cukup penting mendorong perempuan dan kelompok rentan berdaya bila pemerintah ingin mengentaskan kemiskinan ekstrem dan juga stunting. Pasalnya 40% angka kemiskinan ekstrem di Trenggalek menyasar perempuan dan kelompok rentan.
Dalam paparannya Mochamad Nur Arifin mengatakan, "kita selama ini kalau ngomong program, kebijakan, khususnya pada pemberdayaan perempuan, kemudian yang prespektif gender itu belum terlalu banyak. Padahal urgensi kita saat ini minim sekali program-program yang kemudian menyasar perempuan dan juga kelompok rentan," ucapnya.
Karena contoh, sambungnya menambahkan "Pak Jokowi ingin kemiskinan ekstrem itu bisa 0. Bagaimana kemiskinan ekstrem bisa 0, bila kemudian banyak data kemiskinan ekstrem seperti di Trenggalek itu 40% adalah perempuan. Tentu tidak bakal mentas kalau kita tidak menyentuh ke arah sana, " terangnya.
Kemudian terkait masalah stunting, tidak bisa diatasi kalau pendidikan pengasuhan tidak ditingkatkan begitu juga dengan ekonominya. Jadi mengangkat ini alasannya satu kita ingin bahwa spirit dari Bung Karno ini kemudian bisa terus berkobar dan juga terus mewarnai hingga pengambilan kebijakan sampai saat ini.
Ditambahkan oleh bupati muda itu, struktur penulisan buku Sarinah itu dari bab pertama babnya ada keselarasan dengan gender analisis yang dikembangkan oleh kementrian PPPA. Kenapa saya bisa katakan demikian, karena Bung Karno membuka Babnya dengan data terpilah gender. Bung Karno memperlihatkan bagaimana perempuan itu tidak lemah sampai menyangkal beberapa data-data.
Seperti contoh data perbandingan otak laki-laki dengan perempuan. Di Buku Sarinah dikupas, karena banyak orang yang ngomong bahwa perempuan itu kelas ke 2 karena otaknya tidak lebih berat daripada laki-laki. Terus Bung Karno menyangkal, laki laki otaknya lebih berat karena badannya lebih besar, sehingga bila dikorelasikan dengan seluruh masa otot keseluruhan maka prosentasenya lebih besar prosentase komposisi otak perempuan.
Ditanya mengenai tesisnya mempengaruhi apa tidak terhadap basis data saat ini, Bupati Trenggalek ini menjelaskan banyak pengaruhnya karena program pemberdayaan perempuan yang dilakukan tidak hanya sekedar hanya pemberdayaan saja, seharusnya tidak hanya berhenti pada individu perempuan itu, akan tetapi secara ekosistem. "Kalau kata Bung Karno itu sosialism. Karena apa? Kalau perempuan itu diberdayakan secara individu-individu sendiri yang terjadi justru persaingan usaha antar sesama perempuan yang diberdayakan. Yang ada justru yang bertahan adalah siapa yang paling kuat, sedang yang tidak kuat maka dia akan mati. Kalau dia mati maka apa gunanya kita meniniti pemberdayaan, "ujar Mas Ipin memberikan penjelasan, Senin (3/7).
Harapannya, lanjut Mochamad Nur Arifin, "semua harus sama-sama kuat. Bung Karno menyampaikan bawasannya, hai perempuan sosialis, karena dianggap sosialis itulah kamu bisa hidup selamat. Artinya perempuan sendiri harus saling membantu satu sama lain," lanjutnya,
Ini bukanlah cara hidupnya yang kuno atau aneh. Dalam istilah sosialisme kita pasti ngerti yang serem-serem, tapi ini bukanlah yang seperti itu. Menceritakan pengalamannya di California, yang di sana ada sebuah komunitas pembiayaan dimana pengusaha pengusaha sukses yang dibantu oleh pemerintah melakukan donasi berupa uang. Kemudian donasi uang ini digunakan untuk mendidik perempuan-perempuan lain yang selama ini belum sesukses mereka.
Termasuk bila ada sesama perempuan yang mau konsultasi bisnis, harus wajib mengajari. "Semangat seperti itu kadang belum ada di kita. Kadang justru di tempat kita mikirnya kalau resepnya di tiru maka justru tidak laku. Kadang di kita masih ada pemikiran seperti ini. Dan pemikiran seperti ini perlunya kita rubah spiritnya. Menurut Bung Karno pemberdayaan perempuan bisa selamat kalau ada spirit sosialisme," tutupnya. (Prokopim Trenggalek)