Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin turun langsung memberikan penjelasan kepada sekelompok masyarakat Trenggalek yang menamakan Masyarakat Peduli Trenggalek, perihal rencana pinjaman Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI) milik BUMN.
Rencananya Pemerintah Kabupaten Trenggalek akan melakukan pinjaman senilai Rp 249.666.094.639 dengan jangka waktu pengembalian 5 tahun. Total anggaran senilai tersebut rencananya akan difungsikan untuk membangun sebuah rumah sakit yang berlokasi di Kecamatan Watulimo, guna memberikan pemenuhan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Mantan pengusaha alat rumah tangga ini dalam paparannya dalam sidang Hearing DPRD, Rabu (30/6/2021) menjelaskan, "terkait rencana pinjaman tadi kita lakukan pemaparan. Kita sampaikan penjelasan satu bahwa untuk penetapan lokasi itu sudah sesuai dengan Perpres 80" ungkapnya.
Kemudian kenapa harus rumah sakit, lanjutnya menambahkan, "ini karena dalam rangka pemulihan kesehatan. Harapannya bila kesehatan bisa dipulihkan dengan fasilitas yang lebih merata di seluruh wilayah, tidak hanya terpusat di pusat kota, selanjutnya nanti bisa mempercepat juga pemulihan ekonomi," lanjutnya menambahkan.
Terus kemudian lanjut suami Novita Hardini itu, bangunan-bangunannantinya di desain tahan gempa, berstruktur anti Tsunami dan bisa mandiri energi. Jadi kejadian bencana di wilayah Selatan, ada pusat kesehatan yang bisa merecovery," jelasnya.
Sedangkan nanti mekanismenya sudah diatur dalam peraturan Menteri Kuangan dan PT. SMI. Apa saja dokumen yang diperlukan, tadi juga disampaikan.
Jumlah pinjaman dijelaskan bupati ini senilai sekitar Rp. 250 miliar dengan tenor 5 tahun. Sedangkan progresnya menurutnya tinggal menunggu disetujui apa tidak.
Ditambahkan laginolehnya, catatan dalam hearing tadi pemerintah diminta untuk lebih berhati-hati dalam pengelolaan ataupun dalam menjaring mitra. Karena sistemnya nanti KBBU dan skemanya BLU sehingga tidak lagi membebani APBD.
Karena BLU tentunya diurus sendiri, sehingga APBD bisa difungsikan untuk pelayanan yang lebih maksimal.
Sebenarnya jelas Bupati Trengelek, pinjaman ini opportunity cost. Kalau kita membangun rumah sakit dengan anggaran Rp. 250 miliar di satu waktu tentunya akan memberatkan APBD. Dengan cicilan seperti ini memungkinkan setiap tahun akan ada APBD yang lebih besar yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur jalan atau jembatan, karena kita tahu dengan adanya refokusing ini anggaran kita banyak digunakan dalam penanganan Covid 19.
Karena kita tidak punya fasilitas kesehatan yang mumpuni, bed yang kurang, seperti Kantor BKD yang digunakan untuk ruang isolasi. Terus juga Hotel Prigi, Rusunawa terus Puskesmas dialihkan untuk rumah sakit darurat.
Kita membutuhkan biaya dan yang lain sebagainya. Jika pandemi masih seperti ini dan kita tidak punya fasilitas kesehatan yang mumpuni dan mencukupi kapasitasnya, tentunya makin banyak uang yang digunakan untuk refokusing-refokusing dadakan (spontan) seperti ini.
Saat ini kita berfikiran jangka panjang, kita bagusi sekalian fasilitas-fasilitas kesehatannya, sehingga besok APBD yang kita punya benar-benar bisa membangun jalan maupun jembatan. "Bukan seperti sekarang, 2 tahun ini karena refokusing, kena Covid kita tidak bisa membangun jalan dan jembatan," jelasnya lebih lanjut.
"Jadi ini sebenarnya kebijakan yang kita ambil sehingga pelayanan dasar bisa berjalan semua," tandasnya. (Nur/ Dokpim)