Memasuki Bulan Selo (dalam penanggalana Jawa), masyarakat Kelurahan Ngantru selalu menggelar tradisi Nyadran. Tradisi tersebut merupakan salah satu warisan leluhur yang terus dipertahankan hingga kini. Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa.
Tahun ini, tradisi Nyadran digelar secara terbatas, mengingat kondisi pandemi yang belum usai. Tidak ada rangkaian arak-arakan yang meramaikan acara seperti biasanya. Hanya digelar khotmil Qur’an, ziarah makam Adipati Minak Sopal, dan terakhir melarung kepala kerbau ke Dam Bagong.
Meski antusias masyarakat tinggi setiap tradisi Nyadran digelar, namun pada tahun ini hanya masyarakat sekitar yang ikut menyaksikan.
“Ini adalah hajat budaya kita, Nyadran Dam Bagong, sebagai bentuk syukur masyarakat di mana Allah telah telah memberikan rezeki,” tutur Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, saat menghadiri tradisi Nyadran di Dam Bagong, Jumat (3/7/2020).
“Air kita tidak kering, sawah-sawah bisa terairi, panenan lancar, kemudian masyarakat bersedekah lewat salah satunya membagikan daging kerbau kepada masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Bupati Nur Arifin berharap tradisi serta budaya yang telah mengakar di masyarakat terus lestari. Menurutnya dengan menjaga tradisi, masyarakat akan tetap mengingat jasa-jasa para leluhur terdahulu.
“Kemudian kalau ada rezeki yang kita dapat ya kita bagikan, kita sedekahkan, seperti sedekah Nyadran di Dam Bagong ini,” ungkap Bupati Nur Arifin. (Prokopim)