Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara buka kegiatan sosialisasi rencana kontigensi Tsunami akibat gempa bumi di Kabupaten Trenggalek. Digelar di Hotel Hayam Wuruk, Mas Syah sapaan akrab Wakil Bupati Trenggalek itu, berharap dengan kegiatan ini ada kesiap-siagaan masyarakat untuk melakukan mitigasi bencana bila datang melanda.
Tentunya sebagai wakil kepala daerah pihaknya tidak berharap bencana itu terjadi, namun karena termasuk salah satu daerah rawan bencana, mantan anggota DPRD ini berharap dengan sosialisasi ini warga Trenggalek khususnya yang berada di pesisir selatan bisa senantiasa mawas diri.
Mas Syah mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan sosialisasi yang digelar oleh Direktorat Kesiapsiagaan Deputi Bidang Pencegahan BNPB itu. Karena menurutnya kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan oleh daerah-daerah rawan bencana Tsunami, seperti Trenggalek.
Dalam kegiatan ini BPBD Trenggalek dipercaya sebagai mitra BNPB untuk menyusun dokumen kontigensi bencana Tsunami akibat gempa bumi di Trenggalek. Dihadirkan peserta dari berbagai unsur yang merepresentasikan konsep pentahelix kebencanaan. Mulai dari OPD terkait, instansi vertikal, Camat, kepala desa di pesisir Watulimo, Munjungan dan Panggul, akademisi, media massa, organisasi masyarakat, dan beberapa unsur lainnya.
Secara umum kegiatan tersebut, mengumpulkan para peserta dalam satu forum untuk memberikan sudut pandang terkait rencana kontinjensi tsunami sesuai dengan ketugasan masing-masing, dengan harapan dapat menyusun dokumen awal Rencana Kontinjensi Tsunami di wilayah Trenggalek. "Semoga dengan sosialisasi ini, ada kesepahaman antar pihak, terkait penyusunan kontigensi bencana Tsunami akibat gempa di Trenggalek," tutur mas Syah, Kamis (3/8).
Paparan mengenai megathrust menjadi wacana penting sebagai indikator pokok untuk mengkaji kontinjensi tsunami lebih jauh. Kepala Pelaksanaan (Kalaksa) BPBD Provinsi Jatim, Gatot Soebroto membenarkan bawasannya Trenggalek menjadi salah satu kabupaten yang rawan bencana Tsunami, selain Tulungagung, Blitar Lumajang.
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan mitigasi bencana Tsunami, mulai sarparas yang ada. Bagaimana kondisi mesin peringatan Tsunami, Early Warning System (EWS). Apakah berfungsi atau memadai, kemudian jalur evakuasi dan perangkat pendukung lainnya. "Perlu diketahui korban jiwa Tsunami tidak hanya karena bencana saja. Bisa saja karena jatuh terus terinjak injak warga lain," terang Gatot.
Dengan kegiatan ini diharapkan olehnya dapat menghasilkan pedoman kebencaan terkait tsunami dan gempa bumi, karena bencana datang sewaktu waktu bisa pagi, siang atau malam waktu masyarakat beristirahat. (Prokopim Trenggalek)