Menggandeng UNICEF, Pemerintah Kabupaten Trenggalek meluncurkan Desa Nol Perkawinan Anak dan Desa SAFE4C (Safe and Friendly Environment for Children), di Pendopo Manggala Praja Nugraha, Senin (8/8) dalam acara Peringatan Hari Anak Nasional.
Peluncuran ini sendiri ditujukan untuk membentuk layanan anak yang terintegratif di tingkat desa, sehingga memastikan bahwa upaya pencegahan kekerasan dapat dilakukan dari unit yang paling kecil.
"Nol desa perkawinan anak adalah komitmen Pemerintah Kabupaten Trenggalek untuk menekan perkawinan anak di Kabupaten Trenggalek dengan pencanangan Nol Desa Perkawinan Anak," ungkap Bupati Trenggalek dalam peluncuran itu.
Jadi, lanjutnya menambahkan "desa-desa yang punya bestline perkawinan anak yang cukup tinggi akan kita lombakan. Kemudian nanti akan kita kasih reword. Karena salah satunya perkawinan ini sebelum didaftarkan di KUA itu kita juga harus mendapatkan surat pengantar dari desa," sambungnya.
Desa ini juga menjadi salah satu faktor kita menekan angka perkawinan anak. Untuk kondisinya ada sekitar 15%. Jadi masih cukup tinggi, meskipun aturan yang baru ini masih banyak belum dipahami oleh masyarakat. Yang dulu perempuan 16 tahun sudah diperbolehkan menikah, kini diniakkan menjadi 19 tahun.
Ini juga perlu disosialisasikan dan tadi kader-kader dari forum anak ini bisa jadi teman sebaya. Makanya di launching tadi ada juga lomba tik tok dan sebagainya. Harapannya promosi lewat tik tok dan medsos, sosialisasi tentang tidak ada perkawinan anak ini bisa lebih efektif di kalangan mereka sendiri.
Akar masalahnya macam-macam ada yang menganggap masih menjadi beban. Kemudian adanya kekerasan sehingga dipaksakan pernikahannya. Terus kemudian juga ada adat istiadat sekitar yang merasa lebih baik punya janda muda dibandingkan perawan tua, itu masih ada di sini. Jadi itu yang perlu kita advokasi bersama, tandas Bupati Trenggalek.
Ketua Tim Penggerak PKK Trenggalek, Novita Hardini, menambahkan "harapan saya harus memperhatikan mulai dari anak hingga perempuan itu terlindungi, terpenuhi hak haknya, kemudiam juga terlindungi dari potensi kekerasan," tutur inisiator Sepeda Keren itu.
Kita tahu angka perceraian juga menjadi salah satu konsentrasi di Kabupaten Trenggalek, karena angkanya yang sangat tinggi. Salah satunya akibat dari belum matangnya pernikahan. "Jadi kalau kita kampanye stop pernikahan usia anak, ini sama halnya menembak semua sasaran pembangunan kita," jelas istri Mochamad Nur Arifin. (Prokopim Trenggalek)