Sebagai mitra pemerintah tentunya TP PKK Kabupaten Trenggalek memiliki peran penting dalam mengawal visi misi yang diusung daerahnya. Salah satunya di sektor pendidikan. Transformasi pendidikan di Bumi Menak Sopal sendiri tidak lepas dari peran Novita Hardini, SE., ME., Ketua Tim Penggerak PKK.
Melalui kerja kerasnya, PPK Trenggalek mampu mendorong transisi PAUD ke SD itu bisa menyenangkan. Belum lagi perannya dalam pembangunan gender, partisipasi sekolah bagi perempuan yang lebih tinggi dari laki-laki. Selain itu sekolah perempuan dan juga upaya mendorong lahirnya 5.000 wirausaha perempuan baru melalaui Whoman Preneur.
Kenaikan IPM Kab Trenggalek dari tahun sebelumnya menjadi 71,96 pada tahun 2023, ini adalah prestasi tersendiri bagi Kabupaten Trenggalek pasca pandemi covid 19 yang menguncang hampir seluruh persoalan di semua bidang kehidupan.
"Indeks pembangunan gender kita menunjukan adanya kenaikan, angka partisipasi sekolah perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Usia harapan hidup perempuan juga menunjukkan angka lebih tinggi dibanding laki laki," ucap Novita Hardini, Kamis (2/5/2024)
Gerakan Tim Penggerak PKK dan Ormas Perempuan telah mampu meningkatkan literasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan perilaku hidup sehat. Karena sasaran edukasi lebih banyak diikuti oleh kelompok perempuan.
Melalui peran UPRINTIS Indonesia, pemberdayaan ekonomi secara masif untuk melahirkan wirausaha perempuan dan wirausaha muda terus dilakukan. Hal ini mendukung misi Kabupaten Trenggalek mewujudkan 5000 wirausaha baru, melalui literasi pendidikan usaha yang tepat," sambung Master of Economic UIN SATU itu dalam momentum Hardiknas ini.
Meningkatnya partisipasi perempuan di bidang pendidikan diwarnai dengan upaya Pemerintah Kabupaten Trenggalek secara serius mengembalikan Anak Tidak Sekolah ke lembaga formal maupun ke lembaga non formal sebanyak 214 anak.
Menurunnya angka perkawinan pada usia anak pada angka 1,6% telah berkorelasi pada upaya mencegah anak putus sekolah.
Pendidikan inklusi juga sedang dikembangkan di Trenggalek, tidak hanya diakses oleh anak-anak berkebutuhan khusus tetapi juga anak-anak yang tereksklusi secara sosial.
"Beberapa program kolaboratif berupa bantuan pendidikan bagi keluarga miskin dan bantuan sosial lainnya telah membantu upaya peningkatan partisipasi sekolah," tutupnya