Membuka kegiatan Focus Group Discussion (FGD) persiapan pengembangan desa wisata Kabupaten Trenggalek tahun 2022, Pj. Sekda Trenggalek, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes., ajak 35 pengelola desa wisata lebih banyak berinovasi. Pengembangan desa wisata diharapkan tidak hanya mengandalkan estetika saja, melainkan juga memberikan sentuhan tekhnologi informasi.
"Kita sekarang hidup di jaman tekhnologi informasi. Tidak hanya revolusi industri digital 4.0 lagi melainkan sudah masuk revolusi industri digital 5.0. Pengelola desa wisata harus mau bermimpi tinggi (Start Up). Setelah Start Up harus terus berinovasi," pesannya.
Kata kuncinya adalah inovasi, sambung penjabat sekda itu. Tidak harus gagasan baru, yang lama diperbaiki itu juga inovasi dan yang terpenting lainnya jangan bersaing dengan yang sudah ada," lanjutnya.
Karena menurutnya bila mengembangkan hal yang sama tentunya yang baru tidak akan bisa bersaing dengan yang sudah dikembangkan oleh daerah yang lebih dulu mengembangkan. Karena masyarakat lebih dulu mengenal mereka. Menurutnya agar menarik harus ada inovasi tambahan agar apa yang kita kembangkan ada nilai lebihnya.
"Kami hari ini menghadiri sosialisasi dan FGD untuk 35 Desa Wisata baru di tahun 2022 ini. Kita melakukan rapat koordinasi persiapannya. Kita mencoba mendorong bagi kepala desa dan penggiat wisata yang hadir untuk bisa lebih banyak berinovasi. Lebih banyak melakukan gagasan-gagasan yang bisa diimplementasikan," sambungnya.
Patut disyukuri dalam sosialisasi dan FGD ini didampingi oleh East Java Eco Tourism Forum Jatim, yang pengalamannya juga luar biasa. Potensi mereka, itu bisa kita gagas menjadikan Trenggalek jauh lebih bagus.
Inovasi bukan hanya sekedar hal yang baru yang tidak tahu sama sekali tujuannya. Di dalam era revolusi induatri digital 5.0 ini adalah bagaiman bisa mengoptimalkan, tekhnologi informasi untuk kemaslahatan umat. Sehingga bila satu desa wisata itu ingin lebih memberikan manfaat, yang dibangun jangan hanya sekedar estetika saja, tapi bisa mampu lebih peduli terhadap anak, ramah perempuan. Atau ada ekologi bagi orang bisa lebih sehat ketika pengunjung pergi kesana. "Ini yang kita harapkan," lanjut penjabat sekda itu.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Drs. Sunyoto, M.Pd., menambahkan "ini langkah awal sebelum kita memulai proses mendampingi desa wisata tahun 2022. Jadi hari ini yang paling penting adalah menyamakan presepsi, tentang konsep desa wisata itu apa. Setelah itu, seperti motivasi dari bapak penjabat sekda tadi, ada pemikiran yang memang kita harus mengubah itu," imbuhnya.
Tidak dari Down Up (menggantungkan cita-cita dari bawah) melainkan Start Up (melainkan meletakkan cita-cita dari mimpi yang tinggi) untuk desa wisata yang ingin kita kembangkan. Dengan begitu akan ada upaya keras untuk meraih itu dengan konsep yang namanya desa wisata.
Desa wisata dan wisata desa sudah berbeda, sehingga dengan desa wisata ini diharapkan bisa menggerakkan seluruh stake holder masyarakat yang ada di desa wisata itu. "Kekompakan ini yang akan menjadikan sebuah desa menjadi desa wisata," terangnya.
Seperti kata pak sekda tadi, harus ada kolaborasi pentahelik. Pemerintah desa, masyarakat, kemudian pengusaha, akademisi dan juga tidak lupa media. Media sangat berperan membesarkan destinasi wisata, maka dari itu kita harus bisa bisa memanfaatkan media dengan baik dalam menyampaikan informasi ke kalayak ramai, tutup Mantan Sekretaris Dinas Pendidikan itu. (Nur/ Dokpim)