Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin jalani tradisi kirab Nyadran Kerbau Dam Bagong, Kamis (6/6/2024). Sebelum disembelih kemudian kepala, kulit dan kakinya dilarung di Dam Bagong, Kerbau untuk tradisi Nyadran Dam Bagong dilakukan kirab dari Desa Kerjo menuju Dam Bagong di Kelurahan Ngantru. Dalam perjalanannya Kerbau yang dinamakan Suryo Maeso Tunggo oleh warga setempat itu disinggahkan sejenak di Pendopo Manggala Praja Nugraha.
Di Pendopo serangkaian tradisi dijalani, kemudian diserahkan oleh Bupati Trenggalek kepada warga Kelurahan Ngantru untuk dilakukan upacara penyembelihan. Sesuai dengan ceritanya, tradisi Nyadram Dam Mbagong berawal dari hikayat yang berkembang turun temurun dan dipercaya oleh warga sebagai cikal bakal Dam Bagong.
Dimana keberadaan Dam Bagong yang dibangun Adipati Menaksopal menjadikan warga mendapatkan irigasi pertanian dan terhindar dari bencana banjir. Dalam pembangunan, Menaksopal melakukan persembahan dengan penyembelihan Gajah Putih yang kala itu dipinjamkan dari Mbok Roro Krandon di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan. Tradisi ini yang ingin coba dikembalikan dan dilestarikan lagi oleh masyarakat Trenggalek.
"Ini kegiatan setiap Bulan Selo sebagai bentuk syukurnya para petani atas bisanya menanam, tersedianya air. Maka dicurahkan dengan bergotong royong melakukan sedekah bumi berupa penyembelihan Kerbau," ucap Bupati Trenggalek usai mengikuti serangkaian upacara adat Kirab Mahesa (Kerbau), Kamis (6/6/2024).
Tahun ini dapat cukup bagus, sambung Mas Ipin menambahkan. "Kalau ibaratnya memilih hewan yang akan digunakan untuk sodaqohan ini yang terbaik, berarti syukurnya itu betul-betul syukur. Semoga nanti Allah Tuhan Yang Maha Esa memberikan kelancaran rizqi bagi para sedulur tani yang ada di Ngantru dan sekitarnya yang teraliri Dam Bagong," imbuh pemimpin muda itu.
Maupun juga keikhlasan masyarakat Desa Kerjo, karena memang dulu sejarahnya kita mendapatkan bantuan dari Desa Kerjo untuk melakukan sedekahkan.
Jadi ini tradisi yang kita kembalikan sejarah terkait dengan Adipati Menaksopal. Puncaknya besok, akan diselenggarakan penyembelihan. Kemudian dibagi dagingnya, dimasak untuk warga dan nanti kepalanya akan ada prosesi larung, yang ujungnya sebenarnya juga diambil oleh warga sebagai bentuk doa.
"Kepala itu adalah simbul kehormatan, kepercayaan. Jadi ini sedekahnya orang banyak, kemidian diperebutkan orang banyak juga kepalanya yang merupakan simbol kepercayaan tertinggi. Semoga nanti warga suka cita berbahagia," tukas Mas Ipin. (Prokopim Trenggalek)