Mengembangkan sistem sawah hemat air dengan hasil memuaskan, Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin yakin bisa menjadi solusi krisis iklim yang dialami.
Saat ini masyarakat tidak bisa lagi menebak kapan musim penghujan itu datang dan musim kemarau itu kapan akan terjadi. Hal ini menjadi pemicu petani hanya bisa panen sekali dalam setahun. Atau bahkan gagal panen karena ketika menanam padi ternyata hujan tidak turun. Kemudian menanam Jagung ternyata setelah tanam hujan turun tidak berhenti-henti.
Dengan sistim sawah hemat air ternyata Kelompok Tani Sinar Harapan baru tengah musim tanam bisa panen 2 kali. Dipresiksi dengan sistem ini petani bisa panen 4 kali pada satu musim tanam.
"Hari ini kita melakukan panen. Uji coba pertanian hemat air dan juga hemat pupuk. Ini sudah dua kali panen. Jadi sudah Proven, terbukti hasilnya baik. Tadi BPS juga datang setelah 2 kali panen dibandingkan antara sawah dengan lahan kering dengan sawah dengan lahan basah itu ternyata hasilnya lebih baik sawah dengan lahan kering atau treadmen yang sudah kita lakukan," kata Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, Sabtu (20/7/2024).
Berbekal keberhasilan ini, kepala daerah muda itu meminta jajarannya untuk demontrasi plotnya bisa diperluas, apalagi para petani sudah bisa melihat sendiri hasil dari tanam menggunakan sawah sitem kering itu. "Sekarang uji cobanya kita perluas. Tadi saya tanya petani, sudah lihat hasilnya kan lebih banyak mana? Siapa yang mau praktek? Nanti kita bantu sarana dan prasarananya," imbuhnya.
Caranya sangat mudah sekali. Tanah digali ssedala 50 cm. Kemudian galian ditutup lembaran plastik UV yang fungsinya untuk menahan air sehingga sawah nantinya memiliki kecukupan air. Sehingga dengan begitu sawah itu tidak lagi ketergantungan huja turur atau tidak.
Setelah dilapisi plastik UV, kemudian bekas galian tanah dicampur dengan pupuk organik, dan dikembalikan lagi diatas galian. Setelah ini sawah siap ditanami. Dari cara ini Kelompok tani Sinar Harapan berhasil panen 2 kali dan diprediksi bisa 4 kali dalam satu masa tanam.
Lebih lanjut Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin menegaskan, "kalau ini bisa terjadi maka kemungkinan InsyaAllah di Trenggalek nanti kita bisa mengatasi krisis iklim dengan pertanian seperti ini. Kita bisa target meskipun tidak ada dalam tanda kutip musim hujan yang nggak pasti ini kita target bisa panen 4 kali," tandasnya.
Untuk mendorong kedaulatan pangan, memang dibutuhkan inovasi-inovasi seperti ini yang didukung oleh semua lapisan masyarakat. Kenapa demikian, karena lahan pertanian semakin tahun semakin menyempit, padahal orangnya semakin banyak. Untuk menutupi kekurangan tentunya harus menggenjot produktivitasnya.
Isnanto Ketua Kelompok Tani Sinar Harapan Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari, menuturkan bawasannya pertanian sawah hemat air ini berawal dari tantangan Bupati Trenggalek tahun 2023 lalu. Karena cuaca yang tidak menentu Bupati Trenggalek menginginkan sebuah sistem pertanian yang tidak tergantung cuaca bisa dilakukan di daerahnya.
Ada tidak ada hujan petani bisa bercocok tanam, pasalnya iklim saat ini tidak bisa ditebak sedangkan kebutuhan makan tidak bisa tertunda. Mendapatkan tantangan ini, Isnanto dan kelompok taninya mejalankan uji coba sawah minim air ini. Dan hasilnya memuaskan banyak pihak. "Untuk uji coba tanaman hemat air ini memang amanah Pak Bulati di tahu 2023. Kita diamanahkan untuk membuat semacam percobaan bagaimana kita bisa panen padi di area lahan kering," katanya.
Dari hasil yang didapat Isnanto berharap kelompok taninya memang bisa mencapai IP 400. Dalam 1 tahun benar-benar bisa panen 4 kali. (Prokopim TGX)