Sumilake Mustikaning Tumpuk menjadi suguhan utama Pagelaran Budaya Kabupaten Trenggalek di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (7/7/2019).
Pagelaran Budaya di TMII merupakan agenda tahunan yang rutin digelar oleh Kabupaten Trenggalek yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, yang tujuannya sebagai ajang promosi seni budaya dan potensi daerah.
Kegiatan ini juga ditujukan untuk menjaga tali silaturahmi antara Pemerintah di Kabupaten Trenggalek dengan masyarakat di Kota Tempe Keripik diaspora.
Menjadi ajang promosi budaya tentunya Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tidak ingin menyuguhkan karya budaya monoton. Banyak adat budaya yang dimiliki dan Sumilake Mustikaning Tumpuk dipilih menjadi suguhan utama dalam kegiatan ini.
Sumilake Mustikaning Tumpuk sendiri menceritakan sebuah kisah asal usul Desa Tumpuk di Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Dikisahkan ada seorang Kepala Rumah Tangga bernama Romo Sentono yang mempunyai dua orang anak yang gagah perkasa bernama Barat Ketigo dan adiknya Joko Maruto.
Beranjak dewasa, Barat Ketigo anak sulung Romo Sentono, meminta kepada bapaknya untuk dinikahkan. Menerima permintaan ini, Romo Sentono teringat dengan teman lamanya Mbok Rondo Krandon yang mempunyai anak perempuan dan berniat menjodohkan dengan Barat Ketigo.
Barat Ketigo menolak keputusan bapaknya tersebut, karena mengetahui Anjar Anggraeni putri Mbok Rondo Krandon pincang. Kondisinya juga awut-awutan karena terlalu lama duduk menenun. Tidak mau dikawinkan dengan Anjar Anggraeni, Barat Ketigo meminta adiknya Joko Maruto untuk menggantikan dirinya.
Keanehan muncul, ketika Joko Maruto mau menikahi Anjar Anggraeni. Karena ketulusan Joko Maruto yang mau menerima kondisi Anjar Angraeni apa adanya, wanita ini berubah wujud menjadi wanita yang cantik nan jelita.
Perubahan wujud Anjar Anggraeni yang menjadi cantik menjadikan kegundahan hati Barat Ketigo. Pria ini lantas marah dan tidak terima terhadap nasib adiknya. Seketika itu Barat Ketigo mencabut sebilah keris yang dibawanya dan menusukkan ke punggung Joko Maruto dan nyawa Joko Maruto melayang.
Sadar telah menancapkan kerisnya ke tubuh adiknya, Barat Ketigo menyesal. Segera dicabutnya keris tersebut dan di hunuskan ke dadanya sendiri. Akhirnya kedua bersaudara ini meregang nyawa dengan berbelukan. Jasad mereka menumpuk dan menjadi awal kenapa desa tersebut dinamakan Tumpuk. (Humas)