Komitmen Pemerintah Kabupaten Trenggalek terhadap penanganan masalah stunting dinilai cukup serius oleh berbagai pihak. Meski dinobatkan sebagai yang terbaik di Jawa Timur, Pemkab Trenggalek tak berpuas diri dan terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk semakin menekan angka stunting di masyarakat.
Terkait hal itu, seluruh stake holder terkait dihadirkan dalan Rembug Srunting yang digelar di Hall Majapahit Hotel Hayamwuruk, Senin (16/3/2020). Mulai dari Kepala OPD, Kepala Badan, lembaga, organisasi, Camat hingga Kepala Desa diharapkan dapat bergerak secara terintegrasi dalam penanganan stunting.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, dr. Saeroni, menyampaikan bahwa tujuan Rembug Stunting tersebut agar penanganan stunting dapat terintegrasi dengan baik.
"Berbicara mengenai stunting tentunya yang paling utama adalah seribu kehidupan pertama, perlu ada fokus bersama untuk mengawal seribu hari kehidupan ini," ucap Saeroni.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, yang membuka Rembug Stunting tersebut mengatakan bahwa Kabupaten Trenggalek sempat menjadi salah satu dari 100 Kabupaten/Kota konsen dari Kementerian Kesehatan dalam penanganan masalah stunting.
"Alhamdulillah saat ini angka stunting kita tinggal 14 persen atau kurang lebih tinggal 4.000 kasus, penurunannya sudah cukup banyak dan semoga bisa terus kita turunkan," ungkap Bupati Nur Arifin.
Dalam menurunkan angka stunting, Pemerintah Kabupaten Trenggalek juga tengah merumuskan insentif kepada Desa untuk digunakan sebagai perbaikan gizi kepada masyarakat.
Bupati Nur Arifin juga menghimbau OPD dalam hal penganggaran tujuan akhirnya adalah untuk penanganan stunting, dan diharapkan Pemerintah Desa juga melakukan hal yang sama.
"Setiap penganggaran APBDes, tujuan akhirnya juga untuk penanganan stunting, hal ini dikarenakan stunting menjadi atensi utama Presiden Joko Widodo, sehingga angkanya sebisa mungkin bisa kita tekan bahkan kalau bisa dihilangkan," tutup Bupati Nur Arifin. (Protokol-Dokpim)