Percepatan pembangunan perlu adanya inisiasi dari seluruh masyarakat. Ketika masyarakat hingga scope desa memiliki inovasi, hal itu merupakan modal yang luar biasa untuk mengkapitalisasi Dana Desa.
Pernyataan itu disampaikan oleh Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, saat menjadi pembicara Seminar Nasional yang bertajuk "Jalan Berkelok Pembangunan Desa" dalam Workshop Pelembagaan Akuntabilitas Sosial untuk Mewujudkan Pemerintahan Desa yang transparan dan Partisipatif yang digelar oleh FITRA dan KOMPAK di Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020).
Menurut Bupati Nur Arifin, akan menjadi percuma ketika ada Dana Desa tetapi tidak ada inovasi maupun perbaruan pelayanan, bahkan tidak ada kemauan dari masyarakat sendiri untuk melakukan sesuatu untuk desanya.
"Jadi saya percaya ide itu lebih mahal daripada sekedar Dana Desa itu sendiri, jadi saya sangat mengapresiasi inovasi, makanya di Trenggalek kita punya lomba inovasi namanya Soetran Award, terus untuk lingkungan hidup kita punya Adipura Desa, kita punya Festival Gagasan, kita punya beberapa hal yang itu sangat menempatkan bahwa ide dan gagasan adalah modal sosial yang sangat mahal yang bisa jadi modal utama pembangunan," terangnya.
Ditambahkan oleh Bupati, dampak positif dari mengedepankan inovasi serta ide dan gagasan di Kabupaten Trenggalek antara lain adalah turunnya angka kemiskinan dari 14% menjadi 10 % dalam waktu 3 tahun. Artinya setiap tahun lajunya lebih dari 1%, hal itu adalah impact yang luar biasa.
"Desa-desa tertinggal angkanya makin berkurang, terus secara ekonomi juga tumbuh, karena masyarakat sekarang lebih punya peluang karena infrastrukturnya lebih bagus kemudian desanya lebih terakses, informasi lebih terdengar ke luar dengan teknologi media maupun internet sehingga memudahkan proses-proses pelayanan dan juga ekonomi masyarakat di desa," lanjutnya.
Disampaikan juga oleh Bupati Nur Arifin beberpa inovasi yang menonjol di tingkat desa, antara lain BBM dari sampah plastik, Peraturan Desa tentang pelestarian lingkungan hidup di mana ada Satgas yang mengawasi larangan perburuan satwa dan itu justru bisa menjadi daya tarik wisata.
Selain itu juga ada beberapa Desa yang mereplikasi kartu untuk pelayanan seperti Kartu Desa Pintar maupun kartu untuk memudahkan pengurusan adminduk di desa maupun inovasi yang lainnya.
"Kita juga ada transfer knowledge dengan teman-teman NGO, dan ada juga Desa Adopsi, jadi kita minta kampus-kampus itu menerjunkan tim KKN tapi tematik, jadi mengadopsi desa," ungkap Bupati Nur Arifin.
"Jadi desa-desa sekarang punya masterplan, kemudian punya beberapa inovasi itu kadang-kadang juga muncul dari teman-teman KKN, ada teknologi tepat gunanya dan lain sebagainya," imbuhnya. (Protokol-Dokpim)